Selasa, 3 Mei 2011

SANG KOMANDAN

OLEH: DASRIELNOEHA

Sang Komandan bukanlah seorang jenderal.
Dan bahkan kopral pun tidak.
Ia memang tidak punya pangkat apapun tersandang di bahunya. Ia orang sipil dan hanya orang biasa saja. Bila seorang jenderal, yang tentara, mengepalai sebuah pasukan komando. Biasanya sang jenderal memegang sebuah tongkat komando.Tanda kekuasaannya adalah sebuah pagar atau garis merah yang memagari sebuah bintang atau dua buah bintang pangkat di pundaknya. Tanda ini adalah memang tanda “kekuasaan” seorang tentara di republik kita ini. Ia akan kita jumpai pada pundak seorang kepala Staff Angkatan, Komandan Tentara Daerah, Komandan Rayon, Komandan Distrik, Komando Armada, Komandan Pangkalan, atau Komando Kapal Perang. Semuanya dilengkapi pula dengan tongkat komando masing-masing

Komandan kita ini tidak mempunyai semua atribut itu. Karena ia bukanlah seorang komandan tentara.
Lalu komandan apa ia? Dan apakah ia juga mempunyai anak buah? Apakah ia juga bisa memerintah anak buahnya seperti seorang komandan tentara?

Baiklah, kita kupas sedikit tentang kawan kita ini. Tentang kenapa ia dipanggil anak buahnya Komandan. Anak buahnya selalu menjawab “Siap Komandan”, bila ia menyuruh mengerjakan sesuatu. Persis seperti jawaban seorang prajurit tentara bila menerima perintah dari komandannya.

Komandan kita ini, sebut sajalah ia sebagai Bapak X. Ia adalah seorang sipil biasa yang tentu saja bukanlah seorang militer. Kalaulah ia “menyerupai” seorang militer, itu karena dalam cara ia dan bagaimana ia mengatur anak buahnya. Itu “mungkin” karena pengaruh darah militer yang memang mengalir di pembuluhnya.
Ayah dari Bapak X adalah seorang tentara benaran. Ia pernah memegang jabatan seorang komandan, beliau kini sudah alamrhum. Beliau adalah bekas seorang pejuang yang ikut membela negara semasa penjajahan Jepang di republik ini.

Pada saat Bapak X, si komandan kita kelas tiga SMA di sebuah kota di Sumatera Barat sana, ia pernah mengikuti testing masuk AKABRI. Di tingkat daerah ia lolos dan terus ke Magelang. Namun sayang ia tidak jadi masuk akademi militer meneruskan pendidikan ketentaraannya itu. Ia tidak mendapat ijin dari ayahnya yang memang masih aktif dinas waktu itu. Kenapa bisa begitu? Dulu itu untuk mendaftar masuk Akabri, bisa menggunakan ijin wali. Bapak X mendapatkan ijin wali itu dari seorang komandan batalyon tentara yang kebetulan sangat kenal dengan ayahnya. Komandan tentara ini kebetulan bertugas di kota yang sama. Dan kebetulan pula adalah bekas anak buah beliau. Namun, di Magelang untuk meneruskan ke akademi harus mendapatkan ijin asli secara tertulis dari orang tua. Dan bapak X tidak mendapatkannya, dan malahan ayahnya mencabutnya dari calon prajurit taruna dengan sebuah TR atau telegram rahasia. Dan batallah bapak X menjadi prajurit.
Ayahnya tidak mau anaknya menjadi tentara. Karena menurut ayahnya yang tentara itu, menjadi tentara akan hidup menderita. Tugas berat sedangkan imbalan gaji kecil sekali. Tugas tentara adalah berhadapan dengan maut. Kamu tidak boleh menjadi tentara kata ayahnya sewaktu bapak X masih di SMP.

"Kamu adalah anakku yang pertama dan harus bisa maju dan menjadi orang berguna. Kamu saya harapkan mendapat penghasilan lumayan. Semoga kamu untuk menghidupi keluarga kita, adik-adikmu dan ibumu. Kita ini keluarga miskin. Saya menjadi tentara sejak jaman Jepang adalah karena saya dan pakcikmu susah mendapatkan makan di kampung. Kakekmu adalah petani biasa. Kami mendaftar menjadi tentara karena harus mendapat makan.
Kamu harus mejadi seorang insinyur. Kamu harus menjadi orang kaya. Kamu harus bisa membangkitkan batang terandam”, demikian wejangan ayahnya sebelum berangkat ke Riau tempat ia bertugas.

Demikianlah, ia telah gagal di Magelang. Akhirnya dengan menumpang sebuah truk yang membawa buah dan bawang ia menuju Bandung. Di Bandung ia menumpang di sebuah asrama mahasiswa. Kemudian ia siap-siap mendaftar ke ITB dan Unpad. Dengan bekal uang yang sangat tipis, dan berhemat dengan hanya makan sekali sehari, ia mengikuti testing masuk perguruan tinggi. Dengan pertolongan Tuhan dan modal kepintaran akhirnya ia diterima di ITB.
Hatinya kembali bertunas setalah sempat kuncupnya layu saat ia tidak jadi masuk akademi ketentaraan.

Dengan pertolongan pamannya yang bekerja di Caltex Riau, ia berhasil mendapatkan beasiswa perusahaan minyak itu. Di Bandung ia tetap berjuang mencoba bisa bertahan dengan uang pas-pasan dari beasiswa untuk bisa terus kuliah. Caranya ialah dengan bekerja menjadi tenaga Satpam di sebuah gudang, selama tiga hari dalam seminggu. Ia berdinas malam hari, karena siang ia harus kuliah. Dengan demikian ia berhasil menamatkan kuliahnya dengan nilai yang cukup baik. Dan bahkan ia berhasil mendapatkan pekerjaan di perusahaan minyak yang memberinya bea siswa dulu.

Hidupnya sekarang berubah. Dari seorang mahasiswa miskin yang hidup senin-kamis di Bandung, akhirny ia dilantik pada sebuah acara wisuda. Ia sekarang menjadi seorang insinyur. Kemudian ia bekerja di sebuah perusahaan minyak asing dengan gaji yang lumayan.
Ia mengakui dalam hatinya, bahwa ayahnya benar. Kalau ia tetap di akademi militer dan dilantik menjadi perwira tentu saja gajinya tidak sebesar yang ia terima sekarang. Dengan gajinya sebagai seorang drilling engineer ia bisa mengirim ibunya dan ayahnya yang sudah pensiun saat itu.
Dan setahun kemudian iapun menikah.

Demikianlah perjalanan hidup sang komandan kita. Setelah bertugas sekitar sepuluh tahun dalam bidang pengeboran di beberapa perusahaan minyak, baik di Indonesia dan luar negeri, akhirnya ia bekerja disebuah perusahaan minyak di Kalimantan.
Pada perusahaan terakhir ia diserahi tugas untuk mengepalai sebuah pasukan pengaman perusahaan.
Itulah mulanya Bapak X “menjabat sebagai Komandan” di unit kerja di sebuah perusahaan minyak. Jadilah ia sebagai Bapak satu unit pasukan pengamanan yang beranggotakan sekitar 200 orang satuan pengaman perusahaan yang dalam istilah umum disebut Satpam, sedangkan perusahaan minyak itu menyebutnya sebagai Unit Security Perusahaan.

Pada saat ia memasuki unit kerja yang baru ini, ia memang dipanggil oleh Presiden perusahaan, dan dimintakan kesanggupannya.
Pada mulanya ia menyatakan bahwa ia tidak punya pengalaman memimpin anggota pengamanan, hanya ia punya pengalaman memimpin anggota logistics perusahaan dalam hal melaksanakan tugas bidang trasportasi, logistics base, impor-export, mobilisasi drilling equipment, yang mempunyai anggota sekitar 100 orang.

Presiden perusahaan mengatakan bahwa pengalamannya dalam memimpin anggota logistics itulah yang dibutuhkan perusahaan untuk memimpin unit yang lebih besar dan tanggung jawab yang lebih besar yaitu untuk mengamankan aset perusahaan.
Demikianlah dengan berbekalkan pengalaman lapangan dibidang pengeboran dan logistics itulah sebagai modal baginya untuk memimpin unit kerja baru ini, yang berintikan anggota satpam.

Jadilah ia Kepala Satpam.
Sejak itulah ia disapa anak buahnya dengan sebutan “Komandan”
Jadilah ia Sang Komandan.

SELAMAT DATANG KOMANDAN

Pada pagi itu ia datang dan hadir di kantor barunya. Kantor Unit Pengaman Perusahaan yang waktu tahun 1994 itu masih berstatus Services Security. Di perusahaan ini ada hierarchy unit kerja atau rantai komando, mulai dari komando tertinggi dibawah Presiden perusahaan yaitu, Divisi, Departemen, Service, dan Section.
Service Security waktu itu berada dibawah Departemen Administrasi. Kepala Departemen Administrasi.

Service Security ini tadinya dipimpin oleh seorang bekas perwira Angkatan Laut. Bapak E, dipindahkan oleh perusahaan ke kantor pusatnya di Jakarta. Bapak E sekitar enam bulan lagi akan memasuki masa pensiun.

Operasi Security sehari-hari dilaksanakan oleh seorang Kepala Operasi. Ia juga bekas seorang perwira Angkatan Laut. Bapak RM namanya.
Pada saat Sang Komandan datang, Bapak RM seakan “tidak suka”. Diam-diam Bapak RM rupanya berambisi menjadi pimpinan Service Security.

“Selamat datang Komandan”, itu sapaan pertama Bapak RM pagi itu.

“Selamat pagi Pak RM”, balas Sang Komandan.
Wajah tegang kelihatan di wajah Bapak RM. Sang Komandan paham akan situasi ini. Pernah Bapak E mengingatkan hal ini padanya.
Sang Komandan rupanya lebih bijaksana.

“Bapak RM yang terhormat”, Sang Komandan mulai pengarahannya.

“Pagi ini saya memulai tugas saya yang dibebankan oleh perusahaan. Saya mengerti bahwa saya tidak menguasai ilmu security. Saya hanyalah orang sipil biasa. Dibanding Bapak RM, saya ini tidak ada apa-apanya. Namun, saya yakin, dengan adanya Bapak E dan Bapak RM yang akan membimbing saya, kita bersama dapat mencapai misi yang dibebankan perusahaan ini kepada unit kerja ini. Mulai hari ini saya mengangkat Bapak RM sebagai guru saya. Dalam jabatan boleh saja Bapak RM bawahan saya. Namun dalam menghadapi pasukan dan langkah kemajuan yang diharapkan, Bapak adalah Mentor dan Penasehat saya. Bagimana pendapat bapak.

Pada mulanya Bapak RM kelihatan agak gugup. Ia terdiam. Susah kelihatannya ia untuk berbicara.
“Komandan”, demikian Bapak RM memulai. Mohon maaf saya mengutarakan isi hati saya. Sejak saya mulai masuk keperusahaan sejak lima tahun yang lalu, memang saya bercita-cita untuk menjadi kepala unit kerja security ini”, demikian Bapak RM memulai kisahnya.

“Dulu Bapak berdinas di Angkatan Laut kata Pak E pada saya, benarkah Pak?

“Benar”.

“Terus kenapa Bapak tidak melanjutkan kedinasan”.

“Waktu itu saya diperbantukan sebagai perwira pengawas pada sebuah perusahaan konstruksi lepas pantai di Batam. Itu kira-kira delapan tahun yang lalu. Pangkat saya adalah Mayor Pelaut. Saya sempat bertugas selama tiga tahun. Kemudian saya harus kembali pe pangkalan TNI AL di Jakarta. Satu bulan sebelum saya mengkahiri tugas saya, seorang superintendent perusahaan yang orang Kanada, menawarkan kepada saya untuk tetap bekerja sebagai Liason Officer perusahaan ke Kantor Pemerintahan. Akhirnya tawaran itu saya terima. Dan saya resmi mengundurkan diri dari kesatuan. Sayang setelah proyek pembangunan sebuah jacket atau platform pesanan sebuah perusahaan minyak di Kalimantan itu selesai, selesai pulalah kerja saya. Karena perusahaan hanya me-stand-by kan buruh ahli yaitu para insinyur untuk proyek baru yang akan datang. Kami sebagai tenaga “support”, mereka “release” dengan uang pesangon. Saya masih bernasib baik waktu itu. Seorang pengawas perusahaan minyak itu, seorang insinyur muda tamatan ITB Bandung, menasihatkan saya untuk mencoba melamar ke perusahaannya.

Demikianlah Pak, saya melamar kesini. Dan setelah melewati beberapa wawancara, saya diterima menjadi Kepala Operasi Security dibawah pimpinan Bapak E”, demikian cerita Bapak RM.

“Bapak benar adalah orang terhormat dimata saya”, Bapak X mulai memasukkan pengaruh psikologis kepada Bapak RM.

“Kenapa Bapak berpendapat begitu”, Bapak RM mulai tertarik. Ia menggeser kursinya agak merapat ke meja pimpinannya itu. Ia mulai serius mendengarkan atasannya kini. Dalam hatinya ia mulai merasakan getaran panas. Perasaan yang tadinya akan memfrontalkan ia dengan atasannya, kini mulai pelan-pelan memudar dari relung hatinya. Hatinya juga sudah mulai mendingin. Dan bahkan serasa ada angin sejuk mulai menghembus pada sudut yang tadi panas itu. Sudut itu kini mulai terasa sejuk. Matanya terasa lebih terang kini.

“Mohon maaf saya bertanya, umur Bapak sdudah berapa sekarang?, tanya Bapak X dengan nada yang lembut namun tetap sebagai nada seorang Komandan.

“Sudah memasuki lima puluh empat, dua tahun lagi saya akan pensiun”, Pak RM menjawab dengan suara yang lembut dan terdengar seperti kebapakan.

“Pantas saya memanggil Bapak, karena saya lebih muda dua puluh tahun dari Bapak. Dan ayah saya hanya lebih tua tujuh tiga tahun dari Bapak. Ayah saya dulu juga seorang tentara. Ia terakhir berdinas di Riau sebagai Komandan Distrik Militer. Ia kemudian meminta pensiun dini dari dinas aktif.

Ayah saya dari rumpun Angkatan Darat”, Bapak X mulai mendekati Bapak RM dengan jurus yang langsung mematikan.

“Oh, sampaikan salam hornat saya kepada beliau”, Bapak RM langsung berdiri dan mengangkat tangan kanannya dan merapatkan kesisi dahi kanannya. Ia melakukan salut militer.

“Terima kasih Pak, saya balaskan salam hormat ayah saya juga pada Bapak”, kata Bapak X sambil mengacungkan tangannya. Bapak RM menyambutnya dan mereka bersalaman. Mereka sekarang telah menjadi akrab. Akrab antara “seakan anak” dengan “seakan bapak”. Akrab antara seorang Koandan dengan Bawahan. Itulah keakraban yang terjadi karena ada pendekatan persudaraan. Tidak ada lagi sekat diantara mereka kini.

Terlihat ada titik kecil air bening menggantung disudut mata Bapak RM. Ia menoleh keluar jendela. Ia kini berdiri. Ia berjalan mendekati jendela itu.
Sementara itu Nani masuk keruangan. Nani adalah sekretaris Service Security. Orangnya cantik dan lincah.

“Bapak mau minum apa”, tanya Nani.

“Tanya Bapak RM dulu, beliau harus Nani layani dulu, baru saya. Beliau kan lebih senior dari saya”.

Bapak RM membalikkan badannya. Ia menyorotkan mata kekaguman pada Komandannya.

“Saya minta kopi ya Nan”, kata Bapak RM.

“Kalau begitu saya juga kopi deh, saya harus mengikuti “bapak saya”, kembali tembakan mitraliur psikologis meluncur dari bibir Sang Komandan.

“Baik pak”, Nani keluar ruangan.

Tiba-tiba Bapak RM mendekati Bapak X. Dia merangkul Sang Komandan.

“Pak maafkan saya, tadi saya sudah berniat tidak baik pada Bapak. Terus terang hati saya tadinya tidak mau menerima Bapak sebagai Kepala Security. Namun kini semuanya rupanya itu adalah sebuah kesalahan besar. Bapak memang pantas memikul tanggung jawab pengamanan perusahaan ini. Walau Bapak masih muda, tapi jiwa Bapak jauh lebih tua dan agung dari saya. Jiwa saya terasa kerdil. Itu mungkin karena “kebiasaan” prajurit saya. Sekali lagi maafkan saya”, Bapak RM kembali duduk.

“Bapak adalah guru saya. Saya yang masih muda ini adalah pantas menjadi murid Bapak. Bapak adalah guru besar saya dalam bidang Security. Bimbing dan ajarilah saya. Tegur saja bila saya salah dalam memimpin anak buah. Ibaratnya saya seorang Jenderal Muda yang akan memimpin pasukan ke medan perang. Bapak adalah Jenderal Besar yang akan memberikan saya peta medan dan kompas untuk mengatur perjalanan pasukan. Mari kita pimpin pasukan kita bersama-sama. Target saya adalah mengangkat Service Security ini menjadikan levelnya lebih tinggi. Security harus menjadi sebuah Departemen. Sehingga kita bisa mengkordinasikan kekuatan pasukan kita yang ada di lapangan dan yang bertugas dikantor dan perumahan. Tolong buatkan saya skematik alur operasinya. Siapkan juga orang-orang yang pantas untuk memimpin regu. Tunjuk wakil Bapak untuk mengkoordinasikan semua satuan tugas”, langsung Bapak X memberikan komando.

“Siap pak, laksanakan”, kembali Bapak RM memberikan salut militer.

Nani masuk membawa dua cangkir kopi. Harumnya kopi pagi itu. Membangkitkan selera minum pagi “dua komandan” yang telah menjadi bapak dan anak dalam ruangan itu.

Nani merasa heran. Tidak biasanya ia melihat wajah Pak RM seperti yang ia saksikan barusan.

“Ada apa ya”, pikir Nani dalam hatinya. Yang ia tahu Bapak RM adalah orangnya garang, dan katanya selalu ketus dan bahkan sering kasar.

“Hmm”, Nani bergumam. “Mungkin “otak” pak RM telah dicuci oleh Bapak X”, Nani kembali ke mejanya.

“Baik Pak, silahkan Bapak kembali melanjutkan tugas”, Bapak X memerintah dengan lembut berwibawa.

“Siap, kembali. Assalamualaikum”.

“Selamat Pagi Komandan”

“Selamat tugas, Wassalamualaikum.

CERITA NANI

Nani adalah sekretaris departemen security. Berarti Nani adalah sekretaris Sang Komandan.
Tiba-tiba Nani memasuki ruangan saya.

“Permisi pak, apa boleh saya duduk”,

Nani langsung menghenyakkan pantatnya yang seksi itu di kursi di depan meja kerja saya. Nani memang seksi. Ia adalah seoran wanita asal Jawa Tengah yaitu Solo. Solo memang gudangnya wanita ayu. Ayu dan lembut serta langkahnya gemulai.
Sang Komandan teringat masa kuliahnya du lu di Bandung.

“Kamu pasti suka kalau sudah tahu keunggulan wanita Solo”, demikian kata Wahyu teman kuliah saya waktu di Bandung. Ketika kami membicarakan tetangga sebelah kos di Kubang Sekeloa. Dyah, demikian nama gadis anak Hukum Unpad yang sering jadi pembicaraan kami waktu itu. Dyah, memang gadis ayu, hitam manis dengan rambut lebat terurai. Tubuhnya tinggi semampai. Wajahnya itu, yang sering membuat aku bermimpi bermain di rerumputan di depan kampusku di Ganesha. Sayang, aku tidak punya kekuatan untuk mendekati Dyah. Sebenarnya aku menyenanginya. Cuma, aku takut kalau dia tidak menerima cintaku. Maklum, aku mahasiswa miskin. Walau aku punya merek yang bisa aku banggakan di depan gadis-gadis Bandung. Aku ganteng, dan juga mahasiswa ITB. Namun, semua itu gak cukup buat aku bawa sebagai modal untuk menjemput Dyah lari ke pangkuanku. Walau Wahyu yang juga anak Solo selalu mendorong agar aku pacaran dengan Dyah. Tetap saja aku tidak berani

“Kamu anak Sumatera yang penakut rupanya”, demikian kata Wahyu tentang ketidak beranianku untuk menyatakan cinta pada Dyah.

“Bukan begitu Yu”, jawabku membantah.

“Terus, kenapa, biasanya pemuda Sumatera itu agresif. Apalagi bila berurusan dengan cewek. Mereka pasti merayu dengan maut. Tapi kamu memang lain”, kata Wahyu lagi.

Demikianlah ketika itu. Akhirnya Dyah berlabuh kepangkuan seorang mahasiswa Unpad calon dokter. Dan sewaktu aku diwisuda, pada saat yang sama aku menerima undangan perkawinan mereka.

“Kok melamun pak”, tiba-tiba Nani mengagetkanku.
Memang aku lagi melamun.


AKU SANG KOMANDAN ITU

Sang Komandan itu adalah aku.
Aku sedang melamun ke masa remaja sewaktu di bangku kuliah.

Aku melamunkan seorang gadis Solo yang bernama Dyah semasa aku masih mahasiswa di Bandung. Sekarang seorang gadis Solo lain ada di depanku. Nani memang bukan Dyah. Nani adalah Nani. Dan Nani adalah sekarang menjadi sekretarisku. Nani memang bukan Dyah yang dulu aku kagumi.

Sekarang aku bukan lagi seorang perjaka yang mahasiswa ITB. Sekarang aku adalah seorang bapak dengan tiga anak gadis kecil yang masih sekolah dasar.
Namun, aku masih lelaki yang dulu. Lelaki yang masa mudanya menderita karena kemiskinan. Laki-laki yang waktu itu penuh semangat untuk maju. Uang bukanlah hambatan bakiku kala itu. Hambatanku adalah untuk melahirkan hasrat seorang lelaki muda kepada seorang gadis yang disenanginya. Aku tidak punya keberanian untuk mendekati gadis. Aku hanya mengagumi mereka dari jauh.

Kalau sekarang Nani yang juga gadis Solo ini amat dekat denganku. Ia selalu berada di ruangan di depan kantorku. Kalau aku memandangnya ia senyum dengan amat manis. Karena ada lesung pipit di pipinya. Senyum yang lebih manis ia merkahkan dari bibirnya manakala ia membawakan secangkir kopi diwaktu pagi aku sampai di kantor.

Nani memiliki sesuatu yang berbeda dengan Dyah dimataku. Nani rambutnya dipotong pendek, lebih membuatnya anggun. Dandanan Nani rapi. Dyah dandanannya acuh. Itu karena waktu itu ia mahasiswi yang memang bernuansakan acuh bei-bei.

Dalam bidang pekerjaan Nani amat baik. Ia selalu mencatat keperluan departemen dan catatan penting mengenai persoalan yang harus aku tangani esok hari, ataupun hal mendadak yang memerlukan penanganan segera.

Ia juga punya hubungan baik dengan bidang eksternal kesekuritian seperti dengan Polda, Polresta, dan Kodim. Ia disegani oleh bagian ketentaraan ini, karena ayahnya Nani adalah pensiunan perwira Angkatan Darat yang pernah bertugas di Kodam Diponegoro Jawa Tengah. Jadi Nani adalah keluarga militer juga.
Nani tidak merasa canggung untuk datang ke kantor-kantor tersebut kalau ada keperluan yang aku suruh dia yang mengerjakan.

“Pak, jangan terus melamun dong, masak saya bapak acuhin”, Nani kembali mengagetkanku.

“Oh, maafkan, aku lagi memikirkan lapangan Tunu yang luas. Aku memikirkan sistem pengamanan yang paling efektif untuk melindungi sumur minyak yang ratusan itu”, kataku sekenanya.

“Oh, begitu, saya sangka Bapak masih memikirkan Bapak RM”, tanya Nani.

“Emangnya kenapa dengan Bapak RM”, tanyaku.

“Ah, nggak saya lihat kok wajah bapak RM agak lain dari biasanya. Apa Bapak telah cuci otaknya ya Pak”, tanya Nani.

“Apa Nani merasa seperti itu”, tanya saya.

“Memang tidak biasanya dia begitu”, jawab Nani. Dia berdiri. Nani mencoba merapikan kotak tissue yang ia sediakan untuk saya. Ia letakkan kotak issue itu dengan rapi. Ruangan ini masih terasa segar dan harum. Nani menyemprotnya dengan Glade pengharum ruangan setiap pagi. Ia selalu datang lebih pagi dari saya. Jam 6.30 ia sudah berada di kantor. Ia satu jam lebih pagi. Jam kantor adalah jam 7.30. Kalau mengacu akan kerajinan seorang pegawai yang diukur dengan kedatangannya, maka

Nani harus diberikan nilai B+, karena ia melebihi dari standar yang ditetapkan untuk seorang pegawai yang baik. Dan pegawai yang baik akan dinilai B.

“Coba Nani ceritakan mengenai Bapak RM”, kata saya.
Nani lalu duduk di kursi di depan saya. Dan sambil tetap senyum ia memulai ceritanya.

“Saya mulai dari mana ya pak”, tanya Nani.

“Yah, mulai dari mana saja, tentu tentang bapak itu yang Nani ketahui, baik dalam kedinasan, ataupun di luar kedinasan”, kata saya.

“Bapak RM sudah empat tahun dinas di sekuriti. Dia datang dari Surabaya. Dia adalah salah satu anggota AL dari Armada Timur. Satu kesatuan yang kita kenal sangat baik reputasinya dalam mengamankan teritori perairan di Indonesia. Pada saat beliau join kita, kepala disini adalah bapak ED yang juga bekas orang AL yang setahu saya adalah minta pensiun dipercepat. Secara kebetulan pangkat mereka sama, cuma bapak RM kalah senioritas dari bapak ED. Dan kelebihan bapak ED adalah karena beliau dari Akademi AL, sedangkan bapak RM dari ex. Wamil”, demikian permulaan cerita Nani.

Nani kemudian kembali ke ruangannya. Dia membuka laci file dan kemudian menarik sebuah map biru. Lalu ia kembali ke ruangan saya.

“Ini CV-nya bapak RM”, Nani menyodorkan map itu ke saya.

Saya membuka map itu, dan membaca CV bapak RM dengan cepat.

“Pada mulanya bapak RM disenangi oleh anggota. Itu karena beliau sedikit agamis. Namun saya juga heran setelah sekitar satu tahun beliau berdinas, mulai kelihatan ada keanehan sifat beliau, dihadapan anggota”, lanjut Nani.

“Kenapa, bisa begitu?, tanya saya.

“Saya juga kurang mengerti pak. Namun pak S yang merupakan perwira operasi pernah mengatakan kalau ia sekarang bingung dengan tindakan Bapak RM.
Beliau sering mencoba mengkotak-kotakan anggota. Bila anggota tersebut yang sering diminta bantuan datang kerumah beliau untuk mengerjakan sesuatu, maka dia disenangi oleh Bapak RM. Tapi yang kurang berkenan dan memberikan alasan karena sibuk membantu isteri di rumah, maka akan disisihkan olehnya,” demikian cerita Nani tentang bekas atasannya.

“Trus, kemudian apa yang dilakukan Bapak S?, tanya saya.

“Bapak S tetap melakukan tugasnya untuk memberikan pengarahan setiap apel pagi. Tapi anggota mulai ada yang tidak memperhatikan lagi arahan bapak S, dan mereka acuh tak acuh. Hal itulah yang menjadi kebingungan bapak S”, lanjut Nani.

“Menarik juga informasinya. Terus bagaimana tentang kekompakan anggota?”, tanya saya lebih dalam.

“Anggota mulai tidak kompak. Dan muaranya adalah waktu penilaian akhir tahun lalu. Bapak RM mengajukan promosi dan kenaikan gaji beberapa anggota. Ternyata anggota yang diajukan adalah yang kerjanya kurang bagus”, cerita Nani makin menarik.

“Menarik juga ceritanya. Terus Bapak ED bagaimana sikapnya?, tanya saya.

(TO BE CONTINUED)

NIKMAT PUASA

Oleh: Dasrielnoeha

BERPUASALAH, BILA ENGKAU INGIN MERASKAN NIKMATNYA MAKANAN

PUASA ADALAH KEBUTUHAN UMAT
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.
(QS Al Baqarah ayat 183)

Ayat diatas selalu kembali berulang dibacakan oleh para ustadz, mubaligh/ghah, khotib Jum’at dan para guru ngaji dihadapan umat Islam, sesaat mau memasuki bulan Ramadhan atau dalam pengajian Tarawih sesudah shalat Isya berjamaah.
Para ahli tafsir dan para guru-guru agama mencoba mengajarkan kepada para jamaahnya bahwa puasa adalah merupakan kewajiban bagi umat yang beriman dan beragama Islam.
Pada lanjutan ayat ini dianjurkan berpuasa kepada semuanya kecuali sakit termasuk wanita yang sedang tidak bersih (haid), ibu yang lagi menyususi anaknya, orang yang sudah tua dan lemah (uzur), dan orang yang sedang dalam perjalanan, atau mengerjakan pekerjaan yang berat dan menguras tenaga, namun mereka harus membayar dendanya (fidiyah) berupa makanan yang mereka makan sehari-hari kepada orang miskin. Namun ayat ini juga mengatakan bahwa bagaimanapun berpuasa adalah lebih baik bagi kita kalau kita memahaminya.
Pada awal bulan suci ini kadang ucapan ini dihiasi dengan perkataan indah sebelum malam pertama Ramadhan datang “ ahlan wa shahlan ya Ramadhan”, dan berjabat tangannya dua insan saling memaafkan “mohon maaf lahir bathin”.

Tradisi Daerah Menjelang Ramadhan
Di beberapa daerah tanah air ada pelaksanaan tradisi yang telah turun temurun dilakukan oleh umat Islam sebelum memasuki bulan puasa seperti kunjungan ke orang tua baik yang hidup maupun yang telah tiada yang oleh orang Jawa dikenal dengan istilah “nyekar”. Para Jawa-is akan pulang ke kampung mereka untuk mengunjungi makam orang tua dan para leluhur mereka.
Tradisi unik ini bukanlah merupakan ajaran Islam, namun lebih merupakan adat kebiasaan setempat yang telah dilakukan turun temurun dan dibiarkan berkembang selagi tujuannya baik yaitu untuk menghormati para orang yang berjasa dan yang telah tiada serta sembah sujud ke orang tua yang masih hidup.
Di daerah lain juga dilakukan hal yang hampir mirip, dimana di Jakarta kita lihat pekuburan ramai di kunjungi oleh kerabat si mati, kuburan dibersihkan dan ditaburi bunga. Pekuburan ramai dan penjual bunga serta bapak pembersih kuburan beroleh rejeki yang datang sekali setahun ini.

Di Sumatera Barat lain lagi. Ada kebiasaan mensucikan diri bagi umat yang akan berpuasa yang disebut dengan « ba-limau ». Balimau artinya mandi dengan air yang ditaburi dengan sayatan limau atau buah asam/jeruk yang dicampur dengan kembang-kembang seperti bunga melati, ros, tanjung, cempaka dan lain-lain, kemudian diperciki dengan parfum. Ramuan limau ini banyak di jual orang di pasar tradisional dan para pelimau akan membelinya sebelum berangkat ke tempat pemandian umum atau lubuk di sungai beramai-ramai. Mereka mencelupkan kepala mereka ke air dan kemudian diusapkanlah air limau dengan dicampur harum-haruman tadi.
Akhir-akhir ini tempat-tempat wisata dan pemandian umum di Sumatera Barat ; Lubuak Minturun, Batang Tabik, Danau Maninjau, Danau Singkarak, Harau, Air Terjun Lembah Anai, Ngarai Sianok, Sungai Janiah, dan lain-lain, akan ramai dikunjungi oleh orang Sumbar sendiri maupun perantau yang sengaja pulang kampung untuk balimau seperti dari Pekanbaru, dari Medan, dari Palembang, dari Jambi, dari Jakarta ataupun dari kota-kota di Jawa. Karena sekarang tiket pesawat terbang ke Padang bisa terjangkau oleh kantong mereka sekitar 600,000 rupiah pulang pergi.
Sumatera Barat sangat ramai pada masa balimau ini. Muda-mudi sangat senang dengan acara balimau ini, ribuan sepeda motor hilir mudik oleh pasangan untuk balimau sekalian pacaran. Balimau yang hakikinya untuk membersihkan diri menyambut bulan puasa, jadi tercemar dan terdeviasi dengan adanya kegiatan sambilan anak muda berpacaran. Ironis dan tragis memang kalau agama tidak dipahami dengan baik dan tercampur godaan syetan.
Menurut pengamatan kita, tradisi nyekar dan balimau ini memang adanya di Indonesia, setidaknya dilakukan oleh orang Indonesia. Karena perantau Minang yang berada di Malaysia atau orang Malaysia yang berasal dari Minang seperti di Negeri Sembilan, mereka juga melakukan balimau sebelum memasuki bulan puasa.
Di negeri Arab tempat agama Islam berasal tidak dikenal dengan kegiatan nyekar dan balimau ini. Ini tradisi setempat yang berkonotasi positif asal dilakukan dengan batasan dan mematuhi norma-norma agama dan kultur sosial, seperti tidak boleh mengkeramatkan acara nyekar dengan menyembah kuburan nenek moyang, tidak boleh melakukan shalat sunat dua rakaat setelah balimau, karena kalau itu dilakukan akan jatuhlah kita kelembah kesyirikan dan maksiat.

Maksud Surat Al Baqaráh 183
Environment Scanning ( Skan Lingkungan)
Bila kita cermati perintah Tuhan dalam ayat Al Baqarah 183 ini, sesungguhnya perintah puasa ini adalah merupakan “ayat komando”. Dalam ilmu manajemen stratejik disebut dengan “environmental scanning”, yaitu adanya Perintah Tuhan yang merupakan “objective” dan perlunya manusia melakukan bench-mark atau perbandingan dengan adanya kata-kata “orang-orang sebelum kamu yang juga berpuasa”. Artinya berpuasa adalah merupakan kebutuhan umat masa lalu dan masa sekarang.
Namur, yang lebih menarik Allah mengatakan dalam hadist qudsy “semua amal anak Adam itu untuknya, kecuali puasa, puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya (memberi ganjaran pahala)”. Kepatuhan akan perintah puasa dengan melaksanakannya sungguh-sungguh akan diberi ganjaran atau reward oleh Tuhan sendiri. Apa bentuk rewardnya itu umat Muslim tidaklah mempersoalkannya. Namun kita semua percaya bahwa reward dari Penguasa Alam pastilah besar dan amat berharga bagi kita umatnya. Yang jelas menurut ahli kesehatan berpuasa adalah sangat baik untuk kesehatan tubuh dan jiwa terutamanya yang menyangkut dengan penyakit darah seperti hipertensi, ginjal, kadar gula akan terjadi perbaikan, karean selama bulan puasa pasokan makanan kedalam tubuh terbatasi. Pada siang hari mesin perut istirahat dalam bekerja mencerna makanan.

Strategic Implementation (Implementasi Strategi)
Puasa itu pelaksanaannya atau mengimplementasikannya dan bila dalam keadaan berpuasa, kita harus mengikuti rambu-rambu (policy and procedures).
Kita juga harus melakukan penghitungan biaya hidup (financial strategic), dan menyebar luaskan informasi puasa kepada Muslim lainnya (marketing startegic) dengan menerangkan hikmah puasa itu seperti yang di perintahkan oleh Tuhan.

Puasa seperti lanjutan ayat Al Baqarah 183 diatas, yaitu pada ayat 184 yang terjemahannya sebagai berikut. Inilah cara mengimplementasikan strategi berpuasa itu:
Yaitu dalam beberapa hari yang telah ditentukan. Maka barangsiapa diantara kamu sakit atau berada dalam perjalanan (kalau ia berbuka dan tidak berpuasa), maka wajiblah ia berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika tidak berpuasa) membayar fidiyah (memberi makan seorang miskin). Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Puasa itu wajib bagi umat Islam dalam bulan Ramadhan, artinya itu hanya sekali dalam setahun. Di luar itu Sunnah hukumnya, dan boleh dilakukan kapan saja, seperti Senin-Kemis, puasa Dawud yang berganti hari, puasa sunah 3 hari setiap bulan.


Strategic Control (Strategi Pengontrolan)
MENGAMBIL HIKMAH dari PUASA
Ada dua kata kunci disini yang dapat kita ambil (kita cari) hikmahnya pada dua ayat tentang puasa ini yakni:
• Agar kamu bertaqwa
Artinya dapat bermacam-macam. Kata agar adalah merupakan “perintah, satu usaha, merupakan effort, cita-cita, kegiatan, dan merupakan tujuan.
Taqwa adalah orang yang takut pada larangan Tuhan (takut untuk melanggarnya), namun patuh untuk mengerjakan suruhan-Nya. Yang sering kita dengar dari ustadz arti kata taqwa adalah “patuh”, dengan pengertian bahwa semua yang diperintahkan oleh Tuhan adalah baik adanya. Kiranya yang tepat artinya sesuai dengan konteks ayat adalah “hati-hati”. Orang yang hati-hati akan melahirkan sikap yang penuh perhitungan matang dalam pola tindak hidupnya diantaranya adalah; ia penuh dengan perhitungan berpikir dua kali sebelum berbuat, ia bertindak memikirkan risiko dari tindakannya, dan ia mengambil risiko paling kecil, ia berani berbuat karena ia yakin tindakannya adalah benar, ia cenderung berbuat benar karena tindakannya ditopang dengan ilmu pengetahuan dan perhitungan yang matang.
Setelah keluar dari masa puasa setelah Ramadhan ia merasa beroleh kemenangan karena ia puasa penuh dengan kehati-hatian dan perhitungan yang matang, imanan wa tihsaban, penuh keyakinan dan perhitungan. Ia hitung dengan benar dan lakukan hal-hal yang dianjurkan selama berpuasa seperti jihad fi sabilillah, perbanyak baca Al Qur’an (maksudnya bukan sekadar tadarusan, tetapi mempelajari ilmu yang terkandung dalam Al Qur’an itu), perbanyak sedekah, perbanyak shalat malam (di negara kita kita kenal dengan shalat tarawih dengan beramai-ramai ke mesjid), tingkatkan silaturrahmi, jaga kesehatan tubuh, yang kesemuanya itu seperti di contohkan oleh rasullullah Muhammad SAW. Orang yang bertaqwa adalah orang yang paling di sayangi oleh Allah.
…sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang-orang yang paling taqwa.
(QS Al Hujarat ayat 13)
Dapat dengan mudah kita pahami, karena orang yang benar-benar bertaqwa senantiasa selalu hati-hati dan cermat perhitungan, pasti beroleh nilai paling positif “al muflihuun” , “the men who has the value”. Dan ia tidak akan terperosok kedalam perbuatan jelek apalagi maksiat, sehingga ia jauh dari dosa-dosa, dan ia penuh dengan perbuatan baik dan selalu berbuat amal kebajikan buat orang lain. Nabi mengatakan bahwa yang paling baik diantara umat manusia adalah orang yang paling banyak berbuat baik kepada orang lain. Itulah The best Men in Value among The best Men in the World.


• Berpuasa akan lebih baik bagimu jika kamu mengetahui
Penutup ayat 184 Al Baqarah ini, seakan Allah menantang umatnya untuk berpikir. Jika kita mengetahui akan manfaat atau hikmahnya (ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya), maka kita akan memilih berpuasa.
Apanya yang perlu kita ketahui?
Apakah bilangan harinya yang harus kita jaga? Sehingga kita tidak boleh berbuka sebelum matahari seufuk yang dilihat waktu awal bulan Syawal?
Ya waktu yang tepat ini harus kita ketahui dengan pasti.
Apakah manfaat dari puasa secara lahiriah yang harus kita ketahui?
Ya, ini harus kita pelajari dan kita praktekkan dengan baik puasa itu. Dengan mengosongkan perut di siang hari akan membantu kerja usus kita optimal dalam tugasnya mencernakan makanan. Dengan mengatur waktu dan jumlah makanan yang masuk perut selama bulan puasa, berarti kita telah mencoba mengatur asupan makanan dengan benar yang jelas-jelas membuat tubuh kita menjadi sehat.
Kawan kita yang lagi berdiet, memang puasalah jawabannya.
Secara bathiniah, dengan puasa kita melatih diri untuk bersabar. Bersabar adalah kunci dan obat penenang yang baik dibanding obat penenang yang terbuat dari bahan berbahaya seperti morphin itu. Emosi kita akan terkontrol, dan jiwa kita akan merasa tenang.

Dalam hadist Nabi juga dikatakan bahwa “bila umatku mengetahui hikmah yang terkandung dalam bulan puasa, niscaya mereka mau semua bulan dijadikan bulan puasa”.
Nah pertanyaannya, apa hikmahnya itu? Mari kita pikirkan dan pelajari.

Untuk itu mungkin kita kembali sedikit menelisik apa yang dilakukan oleh Nabi kita selama bulan ramadhan.
• Rasulullah melakukan shiyam hanya 10 kali selama beliau di Medinah sampai meninggalnya pada tahun ke sepuluh hijriyah atau 633 M.
• Selama sepuluh tahun di Medinah Nabi kita melakukan perang sebanyak 88 kali. Artinya hampir 9 kali dalam satu tahun ia berperang. Dan menurut sejarah sebagian besar perang itu dilakukan dalam bulan ramadhan artinya selama umat dan sahabat dalam keadaan puasa. Berat? Kalau kita analisa dengan kehidupan kita sekarang memang berat, karena kita selalu mengutamakan nilai material dibanding dengan nilai iman dan nilai amaliah KeTuhanan. Namun Nabi dan para sahabat tersebut selama dalam bulan puasa memiliki kekuatan yang penuh dan mereka masih sanggup melarikan onta dan kudanya dengan bermain pedang dan panah di kancah peperangan pada hal perut mereka kosong karena puasa. Inikah hikmah puasa yang disinyalir akhir ayat 184 itu? Mungkin. Karena ayat itu adalah Firman Allah yang hanya Allah tahu maksudnya, dan kita wajib mempelajarinya. Artinya bila kita menginginkan tubuh kita selalu penuh semangat dan dapat melakukan pekerjaan berat sekalipun, maka berpuasalah rahasianya.
• Selama berpuasa tersebut dengan apakah nabi berbuka dan bersahur? Dalam riwayat dikatakan bahwa Nabi hanya berbuka dengan 3 biji kurma. Dan Nabi bersahur dengan sepotong roti dingin karena hanya itu yang tersedia oleh isterinya tercinta Siti Aisyah RA. Kurma ya kurma, dan roti ya roti yang terbuat dari biji gandum. Gandum tidak tumbuh di Medinah dan Mekah hanya tumbuh di Pelistina dan lembah Syam. Gandum itu mahal harganya di Medinah kala itu karena ia adalah barang impor, dan menjadi mata dagang utama bangsa Arab, selain bahan pakaian. Kurma adalah tanaman padang pasir dan banyak tumbuh di Arab. Inilah kebesaran Allah itu. Kurma yang menurut ahli kimia mengandung gizi (bahan pokok kebutuhan tubuh buat hidup) yang hampir sempurna, tumbuhnya bukan di Indonesia yang terkenal subur. Dan dengan buah kurma inilah Rasulullah berbuka, lalu ia shalat maghrib berjamaah, wirid, memberikan pelajaran agama Islam kepada sahabat, zikir, membaca ayat Al Qur’an, menyimak bacaan sahabat, dan akhirnya shalat qiyamul lail berjamaah dengan sahabat. Energi yang beliau keluarkan cukup di topang dengan 3 biji kurma? Kenyataannya demikian. Walaupun kita tidak beroleh keterangan apakah Nabi kita setelah shalat maghrib makan kolak pisang, makan nasi dengan lauk pauk ikan, rendang, opor ayam, es doger dan lain sebagainya seperti yang kita lakukan di Indonesia ini, namun kita percaya jenis masakan yag banyak dijual orang selama bulan ramadhan di tanah ait tidak kita jumpai di Arab. Apalagi semasa kehidupan Nabi Muhammad SAW beliau hidup penuh dengan kekurangan. Makanan melimpah selama bulan ramadhan hanya kita jumpai di tanah air kita ini. Kemudian waktu sahur kita lagi makan besar dengan gulai hati, dendeng batokok, semur jengkol, minum jus apel, dan minum 10 gelas karena takut kehausan waktu siang hari. Tapi di siang hari kita berpuasa tetap dalam keadaan loyo, dan kerja kita hanya kebanyakan tidur saja? Nabi sahur hanya dengan roti dingin persembahan isterinya tercinta, “Aisyah the Humairah”. Seorang Jenderal Perang dan Panglima Perang Islam yang dikagumi dan di takuti oleh lawannya, makan sahur hanya dengan sepotong roti dan esok harinya bermain pedang dan tombak di medan tempur? Pembaca dan umat Islam yang budiman, itulah kebesaran Nabi kita, dan itulah rahasia puasa seperti diterangkan dalam akhir ayat 184 Al Baqarah itu.
Benar juga kalau kita simak dengan baik apa yang disitir oleh hadist, bahwa sebagian besar umat sewaktu puasa mereka tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali haus dan lapar saja. Itu karena kita tidak mau mempelajari dengan benar dan mengikuti puasanya Rasul kita. Kita menganggap puasa adalah kebiasaan rutin dan ibadah biasa yang tidak punya kekuatan apa-apa, karena kita belumlah berpuasa dengan benar.
• Lalu bagaimana Rasulullah merayakan Hari ‘Ied? Apakah isteri beliau memasak kue tart, bolu, kue nestar yang penuh mentega dan gula, kacang goreng, bermacam extra fooding seperti kebanyakan kita di Indonesia merayakan Hari Idul Fitri? Apakah beliau mengenakan baju baru? Apakah beliau membeli baju batik Keris Sutra yang harganya jutaan rupiah? Apakah beliau mengendarai mobil keluaran terbaru untuk pergi silaturrahmi ke tetangganya? Apakah beliau naik motor mudik ke Mekah ketempat kelahirannya? Tidak itu tidak pernah terjadi pada seorang Junjungan Umat, Muhammad Al Amin yang Rasullullah. Bahkan sewaktu beliau meninggal baju perangnya masih tergadai kepada seorang Yahudi di Medinah. Alluhuakbar. Kalau begitu kita sekarang yang merayakan hari Idul Fitri dengan penuh kemewahan ini jauh dari kebiasaan Rasullullah? Padahal kita tahu banyak saudara kita seiman yang juga puasa, merayakan Idul Fitri dengan penuh keprihatinan karena mereka miskin, mereka hidupnya hanya dari memulung sampah, hanya sebagai buruh cucian dengan gaji ala kadarnya dan sering menerima caci makian dari tuannya. Banyak anak yatim, karena ayahnya telah lama berpulang karena sakitan didera oleh kemiskinan? Jadi kiita memang membalakan dendam kita selama kita dilarang bebrapa hal kesukaan kita selama bulan puasa lalu setelah usai puasa kita lakukan kembali kebiasaan buruk berfoya-foya. Kalau begitu apa manfaatnya puasa bagi kita? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing wahai sahabatku para kaum Muslimin yang aku cintai. Ketahuilah air mataku titik sewaktu aku menulis renungan ini…Aku teringat pada para saudara kita kaum yang tidak berpunya, para anak yatim yang telah ditinggalkan oleh kematian bapak mereka. Apakah mereka menikmati idul fitri yang suci itu? Ataukah mereka berlinang air mata menyaksikankemewahan kita? Yang kita tahu dan kita lihat mereka ada di depan pintu mesjid kita menengadahkan tangan mereka meminta sedekah. Mereka hanya mengenakan baju lusuh dan compang camping. Ingatlah bahwa mereka adalah saudara kita, mereka juga umat Muhammad dan umat Tuhan yang mempunyai hak yang sama dengan kita untuk menikmati dunia ini. Marilah kita bagi harta yang kita punyai dengan mereka, sekadar mereka dapat menikmati idul fitri yang mulia ini. Idul fitri bukanlah milik kita orang yang berada saja, tapi adalah milik mereka juga.

• Bagaimana dengan kita berpuasa sekarang? Mari kita robah kebiasaan kita. Mari kita sedikit demi sedikit mencontoh kebiasaan terpuji Rasul kita Muhammad SAW. Sanggupkah kita hanya berbuka dengan 3 biji kurma saja? Kita coba. Moga-moga dengan Ijin Allah kita beroleh keuntungan karenanya. Badan kita jadi ringan. Kadar gula darah kita akan turun. Tekanan darah kita kembali normal 100/80. Pencernaan kita lancar, karena racun di tubuh kita akan keluar dengan proses “cleaning usus” karena sedikit masukkan racun yang berada dalam bahan makanan kita selama ini. Moga-moga tubuh kita yang tadinya sakitan, setelah Idul Fitri akan kembali sehat seperti semula. Bukankah ada hadist mengatakan “barang siapa yang puasa dengan ikhlas dan penuh keimanan dan hanya karena Allah, akan diampuni dosanya dan dijauhi dari api neraka”. Hadist ini mengatakan kepada kita bahwa orang yang berpuasa niscaya tindakannya akan terkontrol dan sudah pasti ia akan terhindar dari perbuatan dosa. Tentu saja karena energi asupan pada saat kita puasa kurang, maka tubuh kita akan menggunakan energi yang tersimpan selama satu tahun sebelumnya yaitu gumpalan lemak yang ada di tubuh kita, dan dengan menghilangnya lemak berarti otot kita akan kembali bergerak normal sesuai dengan fungsinya menyangga tubuh kita. Maka kita akan bertambah kekuatan kita, dan bukan sebaliknya, kita malas bergerak karena tubuh kita gemuk dan tambun.

Itulah kenapa Rasulullah dan para Sahabat berperang dan malahan tambah semangat pertempuran mereka walau pada bulan puasa. Seakan ada energi lebih semangat yang tersimpan dalam diri orang yang sedang berpuasa itu.

Ada kata mutiara yang mengatakan “kalau ingin sehat berpuasalah, kalau ingin kuat berperanglah, kalau ingin kaya merantaulah/hijrahlah”.

Kalau ada pekerjaan fi sabilillah seperti membangun mesjid mari kita lakukan. Kita coba ikut mengaduk semen, mengangkat bata, seperti kuli bangunan yang kita gaji itu. Ibaratkan kita mencontoh Rasulullah yang perang waktu bulan puasa. Atau kita gotong royong membersihkan mesjid, membersihkan got yang tersumbat supaya tidak terjadi banjir dan supaya tidak bersarang nyamuk aedes agepti yang menakutkan itu. Dan kalau kita ikhlas mengerjakannya, InsyAllah kita beroleh keuntungan di hari Idul Fitri.

Mari kita sisihkan dana yang tidak perlu kita keluarkan untuk membuat makanan yang berlebihan selama bulan puasa untuk kita sedekahkan kepada fakir miskin yang memang membutuhkan dari pada kita. Kita tidak perlu membeli baju baru, untuk pergi shalat ‘Ied kita pakai Jas kita yang tergantung di lemari, dan sepatu kita kan masih bagus. Baju dan sepatu akan turut berdo’a buat keselamatan kita karena mereka kita pakai ketempat suci yaitu mesjid dan kita gunakan untuk menyembah Illahi.

Ibu-Ibu kita tidak usyah memasak makanan dengan berlebihan. Sekalian kita belajar berhemat pengeluaran. Kita tidak boleh berlebihan. Menumpuk harta boleh tetapi hanya untuk pemenangan Islam supaya tegak di dunia. Kalau kita banyak harta maka kita akan cinta harta, dan ini dapat melemahkan semangat juang kita, karena badan kita cenderung malas bergerak. Sebaliknya kalau kita lapar, maka pandangan kita akan tajam, otak kita akan terpacu mengeluarkan enzym untuk melakukan inisiatif atau prakarsa untuk mencari makanan, jadilah kita umat yang dinamis, ulet dan penuh daya juang. Itulah hikmah puasa yang harus kita pertajam. Lihat binatang, seperti anjing, kalau ia kenyang ia akan tidur seharian, sebaliknya kalau ia lapar, ia akan ganas dan menyalak kesana kemari sehingga musuhnya akan gentar.

Dapatkah kita berbuat seperti ini? Pasti bisa kalau kita mau mencobanya. Karena puasa itu tujuannya bukan untuk foya-foya, tapi untuk berhemat dan mengumpulkan energi buat berjuang di jalan Allah satu tahun berikutnya. Karena itulah kalau kita cermati hikmah puasa itu sebenarnya sebagai berikut;
• Menguasai diri, karena puasa itu adalah Ibadah diri sendiri yang akan di “nilai dan diberi ganjaran” oleh Allah. Orang yang sanggup menguasai dirinya, niscaya ia akan sanggup pula mengatasi tekanan lingkungan yang ia alami sehari-hari.
• Menahan hawa nafsu makan, sahwat, amarah, foya-foya, berkata yang tidak bermanfaat, mencaci maki, dan lain-lain nafsu syetan.
• Memperbanyak kebaikan, zakat, infak, sedekah, donasi, membantu orang, memerdekakan budak, mengajar ilmu yang bermanfaat, tawassaw bil haq wa bi shabri, dan lain-lain perbuatan baik, sehingga orang yang berpuasa akan melahirkan masyarakat sosial yang peduli sesama.
• Melatih diri dengan kesabaran, menjaga kesehatan, menambah ilmu, kurang tidur karena ibadah (berbuat baik karena Allah semata), introspeksi kehidupan kita pada satu tahun sebelumnya
• Banyak berdo’a kepada Allah, agar kita senantiasa diberi akal waras, untuk selalu mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
• Melatih kepekaan spiritualis kita dengan melakukan konsentrasi penuh kepada Allah (‘Itiqaf). Karena sekarang terbukti bahwa manusia butuh melakukan proses spiritual untuk menghidupkan kembali semangat dan untuk melahirkan inspirasi baru (inovasi), inilah yang dilakukan oleh para CEO top dunia sekarang sehinga mereka memanggil dan berguru kepada ahli yoga dari India dan China. Sedangkan kita umat Islam sudah punya konsep zikir ynag maha dahsyat itu.
• Banyak membaca ayat Al Qur’an agar otak kita tetap tajam dengan menelaah hukum-hukum Allah, ayat-ayat Qauniyah dan ilmu pengetahuan serta mempelajari sejarah umat terdahulu yang engkar dan di hukum oleh Allah (referensi ilmu)
• Mendidik diri berhati-hati (taqwa) dalam hidup prudentiality in life. Sehingga kehidupan akan terasa nikmat karena ada nilai yang hendak dicapai.
• Mendapatkan nilai lebih. Karena pahala wajib akan dilipatkan menjadi sepuluh kali, sedangkan pahala sunat sama dengan pahala wajib. Zakat dan infaq akan dibalas 700 kali lipat, sedekah akan dibalas dengan 10 kali lipat, ibadah di malam kadar bernilai 1000 bulan atau 83.3 tahun.
• Menjaga silaturrahmi dengan sesama umat Islam dengan saling menghormati, menahan omongan dan pandangan, menahan diri dari perbuatan tercela lainnya. Silaturrahim ini adalah inti ajaran Islam, karena dengan silaturrahim akan tercipta Ukhuwah Islamiah dan akan tercipta kekuatan umat Islam dan menjadikan Islam kuat di dunia. Itu sebabnya kenapa Allah sangat mengutuk orang yang memutus tali silaturrahim ini.
Seyoyanya orang yang puasa akan dihormati oleh orang lain maupun oleh umat yang bukan beragama Islam sekalipun karena tindakan orang yang berpuasa akan sangat terkontrol dengan baik. Kita prihatin dengan adanya mesjid yang memperdengarkan Takbir sepanjang malam dengan mikrofon diarahkan keluar mesjid, sehingga mengganggu tidur orang lain. Perbuatan seperti ini sebenarnya bid’ah dalam ajaran Islam karena merugikan orang lain dan bahkan bisa menjadi bumerang bagi kita, karena kita akan di caci maki orang. Takbir itu adalah sebelum melaksanakan shalat di lapangan dan dalam perjalanan menuju lapangan. Kenapa di Indonesia terjadi hal ini kita tidak tahu sejarahnya, yang jelas di Arab Saudi sana tidak ada praktek seperti itu.

Akhirnya, nanti kita ingin mendengar pada saat kita silaturrahmi pada Hari Idul Fitri, sahabat dan sahabati kita saling tukar cerita, bahwa mereka bertambah bahagia setelah melewati masa berpuasa. Itu terjadi karena mereka telah beroleh NILAI yang dua tadi, yaitu TAQWA dan MEREKA MEMILIH JALAN YANG BENAR YAITU PUASA, oleh karenanya mereka berhak di wisuda sebagai Umat Yang Paripurna dan Beroleh Kemenangan.
Mereka adalah Orang Yang Mengerti atau Orang Yang beroleh Ketaqwaan.
Mereka akan diwisuda dengan gelar;

DR. Ahmad Taufik. PhD(S). Ahli Shiam

DR. Aisyah Nurulqomariah. PhD(S) Ahli Shiam


Mereka akan dikukuhkan di lapangan pada saat mereka melakukan Sholat ‘Ied dua rakaat pada tanggal 1 Syawal yang pengukuhan keahlian mereka disaksikan oleh berjuta-juta malaikat.

Moga-moga demikian adanya. Mari kita berdo’a “Rabbana Atina Fi Dunya Hasanah, Wa bil Akhirati Hasanah Wa Qina Azab An Nar”.
InsyaAllah, Allahuakbar 3X Walillahilhamd.

Demikian yang dapat saya sampaikan wahai saudaraku sesama Muslim, sekadar ber tawassaw bil haq, sesama kita, dan moga Allah mengampuni kita bila ada kesalahan. Bila ada yang salah itu semata-mata karena ilmu saya yang masih dangkal, dan bilamana ada yang benar itu datangnya dari Allah SWT dan Rasulullah SAW,