Selasa, 3 Mei 2011

NIKMAT PUASA

Oleh: Dasrielnoeha

BERPUASALAH, BILA ENGKAU INGIN MERASKAN NIKMATNYA MAKANAN

PUASA ADALAH KEBUTUHAN UMAT
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.
(QS Al Baqarah ayat 183)

Ayat diatas selalu kembali berulang dibacakan oleh para ustadz, mubaligh/ghah, khotib Jum’at dan para guru ngaji dihadapan umat Islam, sesaat mau memasuki bulan Ramadhan atau dalam pengajian Tarawih sesudah shalat Isya berjamaah.
Para ahli tafsir dan para guru-guru agama mencoba mengajarkan kepada para jamaahnya bahwa puasa adalah merupakan kewajiban bagi umat yang beriman dan beragama Islam.
Pada lanjutan ayat ini dianjurkan berpuasa kepada semuanya kecuali sakit termasuk wanita yang sedang tidak bersih (haid), ibu yang lagi menyususi anaknya, orang yang sudah tua dan lemah (uzur), dan orang yang sedang dalam perjalanan, atau mengerjakan pekerjaan yang berat dan menguras tenaga, namun mereka harus membayar dendanya (fidiyah) berupa makanan yang mereka makan sehari-hari kepada orang miskin. Namun ayat ini juga mengatakan bahwa bagaimanapun berpuasa adalah lebih baik bagi kita kalau kita memahaminya.
Pada awal bulan suci ini kadang ucapan ini dihiasi dengan perkataan indah sebelum malam pertama Ramadhan datang “ ahlan wa shahlan ya Ramadhan”, dan berjabat tangannya dua insan saling memaafkan “mohon maaf lahir bathin”.

Tradisi Daerah Menjelang Ramadhan
Di beberapa daerah tanah air ada pelaksanaan tradisi yang telah turun temurun dilakukan oleh umat Islam sebelum memasuki bulan puasa seperti kunjungan ke orang tua baik yang hidup maupun yang telah tiada yang oleh orang Jawa dikenal dengan istilah “nyekar”. Para Jawa-is akan pulang ke kampung mereka untuk mengunjungi makam orang tua dan para leluhur mereka.
Tradisi unik ini bukanlah merupakan ajaran Islam, namun lebih merupakan adat kebiasaan setempat yang telah dilakukan turun temurun dan dibiarkan berkembang selagi tujuannya baik yaitu untuk menghormati para orang yang berjasa dan yang telah tiada serta sembah sujud ke orang tua yang masih hidup.
Di daerah lain juga dilakukan hal yang hampir mirip, dimana di Jakarta kita lihat pekuburan ramai di kunjungi oleh kerabat si mati, kuburan dibersihkan dan ditaburi bunga. Pekuburan ramai dan penjual bunga serta bapak pembersih kuburan beroleh rejeki yang datang sekali setahun ini.

Di Sumatera Barat lain lagi. Ada kebiasaan mensucikan diri bagi umat yang akan berpuasa yang disebut dengan « ba-limau ». Balimau artinya mandi dengan air yang ditaburi dengan sayatan limau atau buah asam/jeruk yang dicampur dengan kembang-kembang seperti bunga melati, ros, tanjung, cempaka dan lain-lain, kemudian diperciki dengan parfum. Ramuan limau ini banyak di jual orang di pasar tradisional dan para pelimau akan membelinya sebelum berangkat ke tempat pemandian umum atau lubuk di sungai beramai-ramai. Mereka mencelupkan kepala mereka ke air dan kemudian diusapkanlah air limau dengan dicampur harum-haruman tadi.
Akhir-akhir ini tempat-tempat wisata dan pemandian umum di Sumatera Barat ; Lubuak Minturun, Batang Tabik, Danau Maninjau, Danau Singkarak, Harau, Air Terjun Lembah Anai, Ngarai Sianok, Sungai Janiah, dan lain-lain, akan ramai dikunjungi oleh orang Sumbar sendiri maupun perantau yang sengaja pulang kampung untuk balimau seperti dari Pekanbaru, dari Medan, dari Palembang, dari Jambi, dari Jakarta ataupun dari kota-kota di Jawa. Karena sekarang tiket pesawat terbang ke Padang bisa terjangkau oleh kantong mereka sekitar 600,000 rupiah pulang pergi.
Sumatera Barat sangat ramai pada masa balimau ini. Muda-mudi sangat senang dengan acara balimau ini, ribuan sepeda motor hilir mudik oleh pasangan untuk balimau sekalian pacaran. Balimau yang hakikinya untuk membersihkan diri menyambut bulan puasa, jadi tercemar dan terdeviasi dengan adanya kegiatan sambilan anak muda berpacaran. Ironis dan tragis memang kalau agama tidak dipahami dengan baik dan tercampur godaan syetan.
Menurut pengamatan kita, tradisi nyekar dan balimau ini memang adanya di Indonesia, setidaknya dilakukan oleh orang Indonesia. Karena perantau Minang yang berada di Malaysia atau orang Malaysia yang berasal dari Minang seperti di Negeri Sembilan, mereka juga melakukan balimau sebelum memasuki bulan puasa.
Di negeri Arab tempat agama Islam berasal tidak dikenal dengan kegiatan nyekar dan balimau ini. Ini tradisi setempat yang berkonotasi positif asal dilakukan dengan batasan dan mematuhi norma-norma agama dan kultur sosial, seperti tidak boleh mengkeramatkan acara nyekar dengan menyembah kuburan nenek moyang, tidak boleh melakukan shalat sunat dua rakaat setelah balimau, karena kalau itu dilakukan akan jatuhlah kita kelembah kesyirikan dan maksiat.

Maksud Surat Al Baqaráh 183
Environment Scanning ( Skan Lingkungan)
Bila kita cermati perintah Tuhan dalam ayat Al Baqarah 183 ini, sesungguhnya perintah puasa ini adalah merupakan “ayat komando”. Dalam ilmu manajemen stratejik disebut dengan “environmental scanning”, yaitu adanya Perintah Tuhan yang merupakan “objective” dan perlunya manusia melakukan bench-mark atau perbandingan dengan adanya kata-kata “orang-orang sebelum kamu yang juga berpuasa”. Artinya berpuasa adalah merupakan kebutuhan umat masa lalu dan masa sekarang.
Namur, yang lebih menarik Allah mengatakan dalam hadist qudsy “semua amal anak Adam itu untuknya, kecuali puasa, puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya (memberi ganjaran pahala)”. Kepatuhan akan perintah puasa dengan melaksanakannya sungguh-sungguh akan diberi ganjaran atau reward oleh Tuhan sendiri. Apa bentuk rewardnya itu umat Muslim tidaklah mempersoalkannya. Namun kita semua percaya bahwa reward dari Penguasa Alam pastilah besar dan amat berharga bagi kita umatnya. Yang jelas menurut ahli kesehatan berpuasa adalah sangat baik untuk kesehatan tubuh dan jiwa terutamanya yang menyangkut dengan penyakit darah seperti hipertensi, ginjal, kadar gula akan terjadi perbaikan, karean selama bulan puasa pasokan makanan kedalam tubuh terbatasi. Pada siang hari mesin perut istirahat dalam bekerja mencerna makanan.

Strategic Implementation (Implementasi Strategi)
Puasa itu pelaksanaannya atau mengimplementasikannya dan bila dalam keadaan berpuasa, kita harus mengikuti rambu-rambu (policy and procedures).
Kita juga harus melakukan penghitungan biaya hidup (financial strategic), dan menyebar luaskan informasi puasa kepada Muslim lainnya (marketing startegic) dengan menerangkan hikmah puasa itu seperti yang di perintahkan oleh Tuhan.

Puasa seperti lanjutan ayat Al Baqarah 183 diatas, yaitu pada ayat 184 yang terjemahannya sebagai berikut. Inilah cara mengimplementasikan strategi berpuasa itu:
Yaitu dalam beberapa hari yang telah ditentukan. Maka barangsiapa diantara kamu sakit atau berada dalam perjalanan (kalau ia berbuka dan tidak berpuasa), maka wajiblah ia berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika tidak berpuasa) membayar fidiyah (memberi makan seorang miskin). Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

Puasa itu wajib bagi umat Islam dalam bulan Ramadhan, artinya itu hanya sekali dalam setahun. Di luar itu Sunnah hukumnya, dan boleh dilakukan kapan saja, seperti Senin-Kemis, puasa Dawud yang berganti hari, puasa sunah 3 hari setiap bulan.


Strategic Control (Strategi Pengontrolan)
MENGAMBIL HIKMAH dari PUASA
Ada dua kata kunci disini yang dapat kita ambil (kita cari) hikmahnya pada dua ayat tentang puasa ini yakni:
• Agar kamu bertaqwa
Artinya dapat bermacam-macam. Kata agar adalah merupakan “perintah, satu usaha, merupakan effort, cita-cita, kegiatan, dan merupakan tujuan.
Taqwa adalah orang yang takut pada larangan Tuhan (takut untuk melanggarnya), namun patuh untuk mengerjakan suruhan-Nya. Yang sering kita dengar dari ustadz arti kata taqwa adalah “patuh”, dengan pengertian bahwa semua yang diperintahkan oleh Tuhan adalah baik adanya. Kiranya yang tepat artinya sesuai dengan konteks ayat adalah “hati-hati”. Orang yang hati-hati akan melahirkan sikap yang penuh perhitungan matang dalam pola tindak hidupnya diantaranya adalah; ia penuh dengan perhitungan berpikir dua kali sebelum berbuat, ia bertindak memikirkan risiko dari tindakannya, dan ia mengambil risiko paling kecil, ia berani berbuat karena ia yakin tindakannya adalah benar, ia cenderung berbuat benar karena tindakannya ditopang dengan ilmu pengetahuan dan perhitungan yang matang.
Setelah keluar dari masa puasa setelah Ramadhan ia merasa beroleh kemenangan karena ia puasa penuh dengan kehati-hatian dan perhitungan yang matang, imanan wa tihsaban, penuh keyakinan dan perhitungan. Ia hitung dengan benar dan lakukan hal-hal yang dianjurkan selama berpuasa seperti jihad fi sabilillah, perbanyak baca Al Qur’an (maksudnya bukan sekadar tadarusan, tetapi mempelajari ilmu yang terkandung dalam Al Qur’an itu), perbanyak sedekah, perbanyak shalat malam (di negara kita kita kenal dengan shalat tarawih dengan beramai-ramai ke mesjid), tingkatkan silaturrahmi, jaga kesehatan tubuh, yang kesemuanya itu seperti di contohkan oleh rasullullah Muhammad SAW. Orang yang bertaqwa adalah orang yang paling di sayangi oleh Allah.
…sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang-orang yang paling taqwa.
(QS Al Hujarat ayat 13)
Dapat dengan mudah kita pahami, karena orang yang benar-benar bertaqwa senantiasa selalu hati-hati dan cermat perhitungan, pasti beroleh nilai paling positif “al muflihuun” , “the men who has the value”. Dan ia tidak akan terperosok kedalam perbuatan jelek apalagi maksiat, sehingga ia jauh dari dosa-dosa, dan ia penuh dengan perbuatan baik dan selalu berbuat amal kebajikan buat orang lain. Nabi mengatakan bahwa yang paling baik diantara umat manusia adalah orang yang paling banyak berbuat baik kepada orang lain. Itulah The best Men in Value among The best Men in the World.


• Berpuasa akan lebih baik bagimu jika kamu mengetahui
Penutup ayat 184 Al Baqarah ini, seakan Allah menantang umatnya untuk berpikir. Jika kita mengetahui akan manfaat atau hikmahnya (ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya), maka kita akan memilih berpuasa.
Apanya yang perlu kita ketahui?
Apakah bilangan harinya yang harus kita jaga? Sehingga kita tidak boleh berbuka sebelum matahari seufuk yang dilihat waktu awal bulan Syawal?
Ya waktu yang tepat ini harus kita ketahui dengan pasti.
Apakah manfaat dari puasa secara lahiriah yang harus kita ketahui?
Ya, ini harus kita pelajari dan kita praktekkan dengan baik puasa itu. Dengan mengosongkan perut di siang hari akan membantu kerja usus kita optimal dalam tugasnya mencernakan makanan. Dengan mengatur waktu dan jumlah makanan yang masuk perut selama bulan puasa, berarti kita telah mencoba mengatur asupan makanan dengan benar yang jelas-jelas membuat tubuh kita menjadi sehat.
Kawan kita yang lagi berdiet, memang puasalah jawabannya.
Secara bathiniah, dengan puasa kita melatih diri untuk bersabar. Bersabar adalah kunci dan obat penenang yang baik dibanding obat penenang yang terbuat dari bahan berbahaya seperti morphin itu. Emosi kita akan terkontrol, dan jiwa kita akan merasa tenang.

Dalam hadist Nabi juga dikatakan bahwa “bila umatku mengetahui hikmah yang terkandung dalam bulan puasa, niscaya mereka mau semua bulan dijadikan bulan puasa”.
Nah pertanyaannya, apa hikmahnya itu? Mari kita pikirkan dan pelajari.

Untuk itu mungkin kita kembali sedikit menelisik apa yang dilakukan oleh Nabi kita selama bulan ramadhan.
• Rasulullah melakukan shiyam hanya 10 kali selama beliau di Medinah sampai meninggalnya pada tahun ke sepuluh hijriyah atau 633 M.
• Selama sepuluh tahun di Medinah Nabi kita melakukan perang sebanyak 88 kali. Artinya hampir 9 kali dalam satu tahun ia berperang. Dan menurut sejarah sebagian besar perang itu dilakukan dalam bulan ramadhan artinya selama umat dan sahabat dalam keadaan puasa. Berat? Kalau kita analisa dengan kehidupan kita sekarang memang berat, karena kita selalu mengutamakan nilai material dibanding dengan nilai iman dan nilai amaliah KeTuhanan. Namun Nabi dan para sahabat tersebut selama dalam bulan puasa memiliki kekuatan yang penuh dan mereka masih sanggup melarikan onta dan kudanya dengan bermain pedang dan panah di kancah peperangan pada hal perut mereka kosong karena puasa. Inikah hikmah puasa yang disinyalir akhir ayat 184 itu? Mungkin. Karena ayat itu adalah Firman Allah yang hanya Allah tahu maksudnya, dan kita wajib mempelajarinya. Artinya bila kita menginginkan tubuh kita selalu penuh semangat dan dapat melakukan pekerjaan berat sekalipun, maka berpuasalah rahasianya.
• Selama berpuasa tersebut dengan apakah nabi berbuka dan bersahur? Dalam riwayat dikatakan bahwa Nabi hanya berbuka dengan 3 biji kurma. Dan Nabi bersahur dengan sepotong roti dingin karena hanya itu yang tersedia oleh isterinya tercinta Siti Aisyah RA. Kurma ya kurma, dan roti ya roti yang terbuat dari biji gandum. Gandum tidak tumbuh di Medinah dan Mekah hanya tumbuh di Pelistina dan lembah Syam. Gandum itu mahal harganya di Medinah kala itu karena ia adalah barang impor, dan menjadi mata dagang utama bangsa Arab, selain bahan pakaian. Kurma adalah tanaman padang pasir dan banyak tumbuh di Arab. Inilah kebesaran Allah itu. Kurma yang menurut ahli kimia mengandung gizi (bahan pokok kebutuhan tubuh buat hidup) yang hampir sempurna, tumbuhnya bukan di Indonesia yang terkenal subur. Dan dengan buah kurma inilah Rasulullah berbuka, lalu ia shalat maghrib berjamaah, wirid, memberikan pelajaran agama Islam kepada sahabat, zikir, membaca ayat Al Qur’an, menyimak bacaan sahabat, dan akhirnya shalat qiyamul lail berjamaah dengan sahabat. Energi yang beliau keluarkan cukup di topang dengan 3 biji kurma? Kenyataannya demikian. Walaupun kita tidak beroleh keterangan apakah Nabi kita setelah shalat maghrib makan kolak pisang, makan nasi dengan lauk pauk ikan, rendang, opor ayam, es doger dan lain sebagainya seperti yang kita lakukan di Indonesia ini, namun kita percaya jenis masakan yag banyak dijual orang selama bulan ramadhan di tanah ait tidak kita jumpai di Arab. Apalagi semasa kehidupan Nabi Muhammad SAW beliau hidup penuh dengan kekurangan. Makanan melimpah selama bulan ramadhan hanya kita jumpai di tanah air kita ini. Kemudian waktu sahur kita lagi makan besar dengan gulai hati, dendeng batokok, semur jengkol, minum jus apel, dan minum 10 gelas karena takut kehausan waktu siang hari. Tapi di siang hari kita berpuasa tetap dalam keadaan loyo, dan kerja kita hanya kebanyakan tidur saja? Nabi sahur hanya dengan roti dingin persembahan isterinya tercinta, “Aisyah the Humairah”. Seorang Jenderal Perang dan Panglima Perang Islam yang dikagumi dan di takuti oleh lawannya, makan sahur hanya dengan sepotong roti dan esok harinya bermain pedang dan tombak di medan tempur? Pembaca dan umat Islam yang budiman, itulah kebesaran Nabi kita, dan itulah rahasia puasa seperti diterangkan dalam akhir ayat 184 Al Baqarah itu.
Benar juga kalau kita simak dengan baik apa yang disitir oleh hadist, bahwa sebagian besar umat sewaktu puasa mereka tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali haus dan lapar saja. Itu karena kita tidak mau mempelajari dengan benar dan mengikuti puasanya Rasul kita. Kita menganggap puasa adalah kebiasaan rutin dan ibadah biasa yang tidak punya kekuatan apa-apa, karena kita belumlah berpuasa dengan benar.
• Lalu bagaimana Rasulullah merayakan Hari ‘Ied? Apakah isteri beliau memasak kue tart, bolu, kue nestar yang penuh mentega dan gula, kacang goreng, bermacam extra fooding seperti kebanyakan kita di Indonesia merayakan Hari Idul Fitri? Apakah beliau mengenakan baju baru? Apakah beliau membeli baju batik Keris Sutra yang harganya jutaan rupiah? Apakah beliau mengendarai mobil keluaran terbaru untuk pergi silaturrahmi ke tetangganya? Apakah beliau naik motor mudik ke Mekah ketempat kelahirannya? Tidak itu tidak pernah terjadi pada seorang Junjungan Umat, Muhammad Al Amin yang Rasullullah. Bahkan sewaktu beliau meninggal baju perangnya masih tergadai kepada seorang Yahudi di Medinah. Alluhuakbar. Kalau begitu kita sekarang yang merayakan hari Idul Fitri dengan penuh kemewahan ini jauh dari kebiasaan Rasullullah? Padahal kita tahu banyak saudara kita seiman yang juga puasa, merayakan Idul Fitri dengan penuh keprihatinan karena mereka miskin, mereka hidupnya hanya dari memulung sampah, hanya sebagai buruh cucian dengan gaji ala kadarnya dan sering menerima caci makian dari tuannya. Banyak anak yatim, karena ayahnya telah lama berpulang karena sakitan didera oleh kemiskinan? Jadi kiita memang membalakan dendam kita selama kita dilarang bebrapa hal kesukaan kita selama bulan puasa lalu setelah usai puasa kita lakukan kembali kebiasaan buruk berfoya-foya. Kalau begitu apa manfaatnya puasa bagi kita? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing wahai sahabatku para kaum Muslimin yang aku cintai. Ketahuilah air mataku titik sewaktu aku menulis renungan ini…Aku teringat pada para saudara kita kaum yang tidak berpunya, para anak yatim yang telah ditinggalkan oleh kematian bapak mereka. Apakah mereka menikmati idul fitri yang suci itu? Ataukah mereka berlinang air mata menyaksikankemewahan kita? Yang kita tahu dan kita lihat mereka ada di depan pintu mesjid kita menengadahkan tangan mereka meminta sedekah. Mereka hanya mengenakan baju lusuh dan compang camping. Ingatlah bahwa mereka adalah saudara kita, mereka juga umat Muhammad dan umat Tuhan yang mempunyai hak yang sama dengan kita untuk menikmati dunia ini. Marilah kita bagi harta yang kita punyai dengan mereka, sekadar mereka dapat menikmati idul fitri yang mulia ini. Idul fitri bukanlah milik kita orang yang berada saja, tapi adalah milik mereka juga.

• Bagaimana dengan kita berpuasa sekarang? Mari kita robah kebiasaan kita. Mari kita sedikit demi sedikit mencontoh kebiasaan terpuji Rasul kita Muhammad SAW. Sanggupkah kita hanya berbuka dengan 3 biji kurma saja? Kita coba. Moga-moga dengan Ijin Allah kita beroleh keuntungan karenanya. Badan kita jadi ringan. Kadar gula darah kita akan turun. Tekanan darah kita kembali normal 100/80. Pencernaan kita lancar, karena racun di tubuh kita akan keluar dengan proses “cleaning usus” karena sedikit masukkan racun yang berada dalam bahan makanan kita selama ini. Moga-moga tubuh kita yang tadinya sakitan, setelah Idul Fitri akan kembali sehat seperti semula. Bukankah ada hadist mengatakan “barang siapa yang puasa dengan ikhlas dan penuh keimanan dan hanya karena Allah, akan diampuni dosanya dan dijauhi dari api neraka”. Hadist ini mengatakan kepada kita bahwa orang yang berpuasa niscaya tindakannya akan terkontrol dan sudah pasti ia akan terhindar dari perbuatan dosa. Tentu saja karena energi asupan pada saat kita puasa kurang, maka tubuh kita akan menggunakan energi yang tersimpan selama satu tahun sebelumnya yaitu gumpalan lemak yang ada di tubuh kita, dan dengan menghilangnya lemak berarti otot kita akan kembali bergerak normal sesuai dengan fungsinya menyangga tubuh kita. Maka kita akan bertambah kekuatan kita, dan bukan sebaliknya, kita malas bergerak karena tubuh kita gemuk dan tambun.

Itulah kenapa Rasulullah dan para Sahabat berperang dan malahan tambah semangat pertempuran mereka walau pada bulan puasa. Seakan ada energi lebih semangat yang tersimpan dalam diri orang yang sedang berpuasa itu.

Ada kata mutiara yang mengatakan “kalau ingin sehat berpuasalah, kalau ingin kuat berperanglah, kalau ingin kaya merantaulah/hijrahlah”.

Kalau ada pekerjaan fi sabilillah seperti membangun mesjid mari kita lakukan. Kita coba ikut mengaduk semen, mengangkat bata, seperti kuli bangunan yang kita gaji itu. Ibaratkan kita mencontoh Rasulullah yang perang waktu bulan puasa. Atau kita gotong royong membersihkan mesjid, membersihkan got yang tersumbat supaya tidak terjadi banjir dan supaya tidak bersarang nyamuk aedes agepti yang menakutkan itu. Dan kalau kita ikhlas mengerjakannya, InsyAllah kita beroleh keuntungan di hari Idul Fitri.

Mari kita sisihkan dana yang tidak perlu kita keluarkan untuk membuat makanan yang berlebihan selama bulan puasa untuk kita sedekahkan kepada fakir miskin yang memang membutuhkan dari pada kita. Kita tidak perlu membeli baju baru, untuk pergi shalat ‘Ied kita pakai Jas kita yang tergantung di lemari, dan sepatu kita kan masih bagus. Baju dan sepatu akan turut berdo’a buat keselamatan kita karena mereka kita pakai ketempat suci yaitu mesjid dan kita gunakan untuk menyembah Illahi.

Ibu-Ibu kita tidak usyah memasak makanan dengan berlebihan. Sekalian kita belajar berhemat pengeluaran. Kita tidak boleh berlebihan. Menumpuk harta boleh tetapi hanya untuk pemenangan Islam supaya tegak di dunia. Kalau kita banyak harta maka kita akan cinta harta, dan ini dapat melemahkan semangat juang kita, karena badan kita cenderung malas bergerak. Sebaliknya kalau kita lapar, maka pandangan kita akan tajam, otak kita akan terpacu mengeluarkan enzym untuk melakukan inisiatif atau prakarsa untuk mencari makanan, jadilah kita umat yang dinamis, ulet dan penuh daya juang. Itulah hikmah puasa yang harus kita pertajam. Lihat binatang, seperti anjing, kalau ia kenyang ia akan tidur seharian, sebaliknya kalau ia lapar, ia akan ganas dan menyalak kesana kemari sehingga musuhnya akan gentar.

Dapatkah kita berbuat seperti ini? Pasti bisa kalau kita mau mencobanya. Karena puasa itu tujuannya bukan untuk foya-foya, tapi untuk berhemat dan mengumpulkan energi buat berjuang di jalan Allah satu tahun berikutnya. Karena itulah kalau kita cermati hikmah puasa itu sebenarnya sebagai berikut;
• Menguasai diri, karena puasa itu adalah Ibadah diri sendiri yang akan di “nilai dan diberi ganjaran” oleh Allah. Orang yang sanggup menguasai dirinya, niscaya ia akan sanggup pula mengatasi tekanan lingkungan yang ia alami sehari-hari.
• Menahan hawa nafsu makan, sahwat, amarah, foya-foya, berkata yang tidak bermanfaat, mencaci maki, dan lain-lain nafsu syetan.
• Memperbanyak kebaikan, zakat, infak, sedekah, donasi, membantu orang, memerdekakan budak, mengajar ilmu yang bermanfaat, tawassaw bil haq wa bi shabri, dan lain-lain perbuatan baik, sehingga orang yang berpuasa akan melahirkan masyarakat sosial yang peduli sesama.
• Melatih diri dengan kesabaran, menjaga kesehatan, menambah ilmu, kurang tidur karena ibadah (berbuat baik karena Allah semata), introspeksi kehidupan kita pada satu tahun sebelumnya
• Banyak berdo’a kepada Allah, agar kita senantiasa diberi akal waras, untuk selalu mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
• Melatih kepekaan spiritualis kita dengan melakukan konsentrasi penuh kepada Allah (‘Itiqaf). Karena sekarang terbukti bahwa manusia butuh melakukan proses spiritual untuk menghidupkan kembali semangat dan untuk melahirkan inspirasi baru (inovasi), inilah yang dilakukan oleh para CEO top dunia sekarang sehinga mereka memanggil dan berguru kepada ahli yoga dari India dan China. Sedangkan kita umat Islam sudah punya konsep zikir ynag maha dahsyat itu.
• Banyak membaca ayat Al Qur’an agar otak kita tetap tajam dengan menelaah hukum-hukum Allah, ayat-ayat Qauniyah dan ilmu pengetahuan serta mempelajari sejarah umat terdahulu yang engkar dan di hukum oleh Allah (referensi ilmu)
• Mendidik diri berhati-hati (taqwa) dalam hidup prudentiality in life. Sehingga kehidupan akan terasa nikmat karena ada nilai yang hendak dicapai.
• Mendapatkan nilai lebih. Karena pahala wajib akan dilipatkan menjadi sepuluh kali, sedangkan pahala sunat sama dengan pahala wajib. Zakat dan infaq akan dibalas 700 kali lipat, sedekah akan dibalas dengan 10 kali lipat, ibadah di malam kadar bernilai 1000 bulan atau 83.3 tahun.
• Menjaga silaturrahmi dengan sesama umat Islam dengan saling menghormati, menahan omongan dan pandangan, menahan diri dari perbuatan tercela lainnya. Silaturrahim ini adalah inti ajaran Islam, karena dengan silaturrahim akan tercipta Ukhuwah Islamiah dan akan tercipta kekuatan umat Islam dan menjadikan Islam kuat di dunia. Itu sebabnya kenapa Allah sangat mengutuk orang yang memutus tali silaturrahim ini.
Seyoyanya orang yang puasa akan dihormati oleh orang lain maupun oleh umat yang bukan beragama Islam sekalipun karena tindakan orang yang berpuasa akan sangat terkontrol dengan baik. Kita prihatin dengan adanya mesjid yang memperdengarkan Takbir sepanjang malam dengan mikrofon diarahkan keluar mesjid, sehingga mengganggu tidur orang lain. Perbuatan seperti ini sebenarnya bid’ah dalam ajaran Islam karena merugikan orang lain dan bahkan bisa menjadi bumerang bagi kita, karena kita akan di caci maki orang. Takbir itu adalah sebelum melaksanakan shalat di lapangan dan dalam perjalanan menuju lapangan. Kenapa di Indonesia terjadi hal ini kita tidak tahu sejarahnya, yang jelas di Arab Saudi sana tidak ada praktek seperti itu.

Akhirnya, nanti kita ingin mendengar pada saat kita silaturrahmi pada Hari Idul Fitri, sahabat dan sahabati kita saling tukar cerita, bahwa mereka bertambah bahagia setelah melewati masa berpuasa. Itu terjadi karena mereka telah beroleh NILAI yang dua tadi, yaitu TAQWA dan MEREKA MEMILIH JALAN YANG BENAR YAITU PUASA, oleh karenanya mereka berhak di wisuda sebagai Umat Yang Paripurna dan Beroleh Kemenangan.
Mereka adalah Orang Yang Mengerti atau Orang Yang beroleh Ketaqwaan.
Mereka akan diwisuda dengan gelar;

DR. Ahmad Taufik. PhD(S). Ahli Shiam

DR. Aisyah Nurulqomariah. PhD(S) Ahli Shiam


Mereka akan dikukuhkan di lapangan pada saat mereka melakukan Sholat ‘Ied dua rakaat pada tanggal 1 Syawal yang pengukuhan keahlian mereka disaksikan oleh berjuta-juta malaikat.

Moga-moga demikian adanya. Mari kita berdo’a “Rabbana Atina Fi Dunya Hasanah, Wa bil Akhirati Hasanah Wa Qina Azab An Nar”.
InsyaAllah, Allahuakbar 3X Walillahilhamd.

Demikian yang dapat saya sampaikan wahai saudaraku sesama Muslim, sekadar ber tawassaw bil haq, sesama kita, dan moga Allah mengampuni kita bila ada kesalahan. Bila ada yang salah itu semata-mata karena ilmu saya yang masih dangkal, dan bilamana ada yang benar itu datangnya dari Allah SWT dan Rasulullah SAW,

Tiada ulasan:

Catat Ulasan