Khamis, 28 April 2011

KISAH DARI LEMBAH HITAM

KISAH DARI LEMBAH HITAM

Adakah sebuah nilai bagi seorang pelacur?
Mari kita ikuti kisahnya berikut ini.

Ani yang malang.
Sudah sering kita baca kisah-kisah para pelacur. Kisah yang membawa arti sendiri. Kisah yang berbeda bila ditinjau dari segi moral. Kisah yang memuat cerita sedih bila ditinjau dari segi kemanusiaan.

Akan aku ceritakan kembali buat kawan-kawan kisah para pelacur ini, buat iktibar dan dapat diambil pelajaran di dalamnya.

Ada seorang pelacur sebutlah namanya Ani.
Ani waktu muda adalah gadis kampung yang lugu. Wajahnya cantik dengan pipi merah, kulit kuning, dan badan gempal tinggi serta ramping. Banyak pemuda kampung yang tertarik dan menggodanya untuk bisa dijadikan isteri. Hari-hari Ani yang sekolahnya hanya sampai tamat SD membantu ayah dan ibunya yang menjadi buruh sawah garapan.
Karena banyak bekerja dan bergelimang lumpur tiap hari membuat tubuh Ani malah makin seksi.
Ia adalah kembang desa itu.

Akhirnya datanglah seorang pemuda yang beruntung mendapatkan Ani dan menjadikannya seorang isteri, yaitu Parto juga pemuda sekampung yang hanya tamatan SD yang sekarang bekerja sebagai buruh pembuat batu bata di kampung itu.

Karena mereka masih sama-sama muda, perkawinan mereka cepat membuahkan hasil. Ani hamil dan akhirnya melahirkan seorang bayi laki-laki yang mungil. Mereka beri nama Kurnia. Tahun depan Ani hamil lagi, dan kemudian melahirkan seorang bayi perempuan bernama Anisyah. Karena telah mempunyai dua orang bayi, Parto minta ijin ke Ani dan mertuanya untuk mencoba peruntungan di kota. Mulanya Ani keberatan, namun karena desakan keuangan apalagi harus membeli susu buat anak dan kebutuhan sehari-hari mulai meningkat, akhirnya Ani menyerah dan mengjinkan suaminya ke kota.

Berangkatlah Parto sendirian ke kota.
Di kota Parto hanya menemukan pekerjaan sebagai kenek bangunan yang kebetulan mandornya adalah Pak Hadi orang sekampungnya. Setelah setahun Parto akhirnya sanggup menyewa sebuah kamar kecil di kota dan ia memesan Ani untuk menyusul. Sebenarnya kedua orang tua mereka tidak mengijinkan Ani berangkat ke kota. Tapi mereka menyadari bahwa anaknya adalah isteri orang yang harus patuh kepada suami.

Di kota Ani akhirnya menjadi buruh cuci di sebuah rumah orang kaya. Kebetulan Ani mampu memelihara tubuhnya. Walupun anaknya telah dua, dan harus bekerja keras tiap hari membersihkan rumah majikan dan sekalian mencuci, justru membuat tubuhnya menjadi tambah cantik. Diam-diam sang tuan rumah tertarik dengan kemolekan tubuh Ani.

Terjadilah malapetaka itu. Suatu hari sang nyonya rumah pergi arisan keluar kota bersama dengan ibu-ibu lain se RW. Sang Tuan sengaja pulang dari kantor cepat. Ia mendapati Ani sedang mencuci di kamar mandi. Kebetulan paha mulus Ani tersingkap dan pemadangan ini membuat turun naik jakun si tuan. Ia memanggil Ani dan minta dibuatkan teh panas. Dan waktu Ani menyuguhkan teh, ia ditarik sang tuan ke pangkuannya. Ani meronta dan menolak ajakan tuannya. Namun Ani juga tidak kuasa menolak terlalu jauh. Ia di ciumi bertubi-tubi sambil tubuhnya digerayangi, dan akhirnya ia tidak kuasa menolak ajakan dan tarikan ke kamar.

Disitulah pertama kali tubuhnya ditindih oleh laki-laki lain selain Parto. Rupanya sang tuan rumah menemukan suatu kenikmatan luar biasa dari tubuh Ani yang tidak ia dapatkan dari isterinya. Ani memiliki kemolekan tubuh yang jauh lebih indah dari tubuh isterinya.

Ani hanya menangis menyesali dirinya karena tidak kuasa menahan godaan syetan itu. Namun si tuan menghiburnya dengan memberinya uang banyak.

Akhirnya terbiasalah Ani dengan kejadian itu. Hampir setiap ada kesempatan mereka melakukan perbuatan terlarang itu.

Suatu hari terjadi peristiwa lain. Parto terjatuh dari lantai tiga bangunan yang ia kerjakan karena tiang penyangga tempat ia berpijak sewaktu memplester dinding patah. Parto pingsan dan di bawa kerumah sakit. Lehernya patah, dan akhirnya ia meninggal.

Sementara pagi sebelumnya Ani diusir oleh majikannya yang perempuan karena kedapatan sedang berpelukan dengan sang tuan di kamar.
Si tuan yang kembali dari kantor langsung memeluk dan mencumbui Ani. Naas, mereka kepergok.
Nyonya rumah yang pergi arisan ibu-ibu, rupanya kembali kerumah karena dompetnya ketinggalan.

Ani dipecat saat itu juga. Jadilah Ani pengangguran karena telah kehilangan pekerjaan. Dan sekarang ia juga telah kehilangan suami. Ani berkurung di kamar, dan kalut serta tidak tahu apa yang akan ia lakukan.
Buat sementara ia punya uang untuk biaya hidup dengan kedua anaknya, hasil pemberian sang tuan rumah dulunya. Lama-lama uang itu habis juga.

Akhirnya ia mengikuti ajakan teman kos kamar sebelah untuk keluar malam kerja di bar katanya. Ia dan Maria akhirnya keluar setiap malam. Kedua anaknya dititipkan dengan ibu kos.

Jadilah Ani seorang perempuan malam yang mangkal di bar dan akhirnya ia menjadi pelacur dengan langganan pria berduit yang siap membooknya di bar itu. Ia selalu dapat langganan karena kemolekan tubuhnya. Hidupnya kelihatan mewah, ia selalu mengenakan baju mahal dan kelihatan tambah cantik. Namun, sebenarnya hatinya kosong dan merintih dan ia merasa berdosa. Ia lakukan itu karena ia tidak punya penghasilan lain untuk menghidupi kedua anaknya, dan juga ia mengirimi uang orang tua di kampung.

Suatu hari ia merasakan badannya meriang dan perutnya mules. Ia sangka ia hamil, dan bergegas memeriksakan diri ke dokter. Dokter bilang, ia tidak hamil, dan kemungkinan ia kena virus. Dan darahnya diambil untuk diperiksa. Seminggu kemudian demamnya hilang dan ia berkunjung ke bar lagi.
Malamnya ia mencret lagi, dan kali ini agak sering. Siangnya ia tidur saja sambil makan obat anti diare. Namun, ia makin sering ke toilet. Sore ia kedokter yang sama.

Terdengarlah berita menakutkan itu. Dokter mengatakan bahwa Ani terinfeksi kuman dan virus HIV. Ani terperanjat, dan ia pingsan di ruang pemeriksaan dokter. Setelah siuman, ia diberi nasihat oleh dokter supaya ia berhenti melacur dan konsentrasi berobat. Ia diberi obat mahal. Uang tabungannya melacur selama ini akhirnya habis buat beli obat yang mahal itu.

Tubuhnya semakin kurus dan ia melayu. Ia tidak akan laku lagi dan tubuhnya sudah tidak berharga. Ani yang dulu nilainya cukup tinggi dimata lelaki hidung belang, sekarang telah sekarat, dan ia menunggu kematiannya. Diarenya selalu muncul setiap tiga hari, dan ia mulai batuk-batuk dan sering mengeluarkan darah.

Malam Kamis ia pingsan dan dilarikan kerumah sakit oleh ibu kos. Anaknya menjerit memanggil ibu mereka. Tengah malam Ani menemui ajalnya dihadapan tangisan kedua anaknya yang menyayat hati.

”Mama, jangan pergi kata mereka”.

Untunglah ibu kos baik hati, dan ia memelihara kedua anak itu. Sampai suatu hari sepasang suami isteri ingin memungut Kurnia dan menjadikan anak mereka. Ibu kos melepas dengan imbalan uang. Uang itu dikirimkan kepada kedua orang tua Ani yang merana dikampung karena sedih ditinggal anak semata wayang mereka yang mati dengan kehilangan nilai kemanusiannya di kota. Anisyah adik Kurnia tetap dipelihara ibu kos. Ia mirip Ani ibunya. Ibu kos berjanji akan mendidik anak ini dengan baik dan diajarkan nilai-nilai agama. Nilai-nilai yang tidak sempat dimiliki oleh almarhum ibunya. Ibunya yang mati dalam keadaan berdosa, karena nilai agama tidak sempat dipunyainya. Nilai luhur yang hilang karena pengaruh kemiskinan dan lingkungan serta tidak tahan terhadap godaan syetan.

Anisyah harus menjadi wanita teladan, agar ia bisa menebus dosa ibunya. Dosa yang terlanjur terperbuat karena kurangnya pendidikan dan nilai-nilai luhur dari sebuah agama.

*

Kupu kupu di Bunga Ros.
Kisah lain seorang pelacur di negeri China.
Kisah yang sama juga pernah saya dapat dari seorang teman yang menceritakan, bahwa seorang Noni Cantik di China menjadi pelacur karena ingin menolong putra-putri di kampungnya untuk memperoleh sebuah rumah sekolah.

Menteri Pendidikan negeri itu tidak mau membangun sekolah walaupun telah berkali-kali dimintai tolong melalui surat menyurat. Pergilah si Noni ke kota menemui si menteri. Karena kecantikan wajahnya si menteri mengajak si Noni berbuat lacur. Si Noni mau asal dengan syarat dibayar tinggi. Karena telah kesengsem si menteri mau saja. Begitulah dengan berulang kali, setiap membutuhkan uang si Noni ke kota untuk menyewakan tubuhnya dengan imbalan uang besar.

Akhirnya sekolah yang diidamkan oleh kampungnya berdiri.
Anak-anak bergembira karena mereka bisa sekolah. Persoalan kedua muncul, siapa yang akan menggaji guru? Kembali si Noni ke kota untuk menyewakan tubuhnya. Kali ini bukan saja kepada si menteri, namun kesemua lelaki yang bersedia membayar dirinya. Akhirnya ia mendapat dana yang cukup untuk membayar guru. Sekolah itu berlangsung dengan baik. Banyak lulusan yang akhirnya bisa melanjutkan ke kota, dan kembali menjadi guru di kampung.

Sesekali si Noni juga turut mengajar mata pelajaran ”nilai”, bahwa yang paling bernilai adalah orang yang berguna untuk orang lain, walaupun harus mengorbankan dirinya. Persis seperti kisah perjalanan hidup si Noni.

Lama kelamaan tubuh si Noni tergerogoti. Bersamaan dengan itu, para pelajar yang dari kota mendapatkan berita, bahwa ada seorang pelacur cantik dari desa yang mengemparkan ibukota. Si pelajar rupanya belum tahu bahwa yang menjadi pelacur dan buah bibir orang-orang itu adalah sang ”dewi penolong” mereka sendiri. Si Noni telah menjadi pelacur professional di kota.
Lama kelamaan karena memaksa tubuhnya melayani ribuan laki-laki, si Noni akhirnya jatuh sakit dan meninggal dunia.

Barulah orang gempar, setelah mengetahui siapa sebenarnya ia. Semua orang menangis. Semua orang bersedih.
Termasuk sang menteri. Sang menteri membuatkan patung dewi Kwan Im di kuburan si Noni, dan menanam bunga ros merah diatasnya.

Setiap hari orang berduyun-duyun datang menghormati kuburannya, bersamaan dengan puluhan kupu-kupu cantik yang berputar-putar mengisap madu bunga ros yang indah di atas kuburan itu.
Bunga ros itu memang harum semerbak baunya.

Orang ramai berucap, itulah kupu-kupu jelmaan si Noni sambil menunjuk ke seekor kupu-kupu putih besar dan cantik yang terbang dan kelihatan jinak sekali, ia bertengger diatas sebuah bunga ros. Dan kelihatan butiran air halus mengalir di mata si kupu-kupu. Iakah si Noni itu? Orang kampungpun bertanya-tanya.

Mereka tidak percaya si Noni yang dulunya membantu menghidupkan kampung mereka ternyata seorang pelacur besar di kota.
Ia menjadi pelacur istimewa. Dan ia tetap menjadi istimewa di dada semua orang kampung itu. Karena ia telah menanamkan sebuah nilai. Ia menghidupkan kampungnya, walaupun ia membunuh dirinya sendiri. Ia hidup bukan untuk dirinya, tapi ia hidup buat orang lain.
Demikian teman saya mengakhiri ceritanya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan