Jumaat, 29 April 2011

MAKAN TIMUN DAN SAYUR SAJA

OLEH: DASRIELNOEHA

Dulu ia seorang pejabat. Tinggi juga jabatannya. Ia sudah tidak punya eselon pangkat lagi. Berarti ia setingkat menteri. Rumahnya memang di komplek menteri. Mobilnya Lexus hitam mengkilat. Ia punya sopir khusus yang disediakan oleh kantor dan dibayar oleh kantor. Di rumah isterinya juga punya sebuah mobil BMW seri 5 keluaran terbaru. Isterinya juga punya seorang sopir yang dibayar entah oleh siapa, olehnya, oleh isterinya sendiri, tidaklah menjadi masalah bagi keluarga petinggi ini. Berapalah gaji seorang sopir yang hanya sekitar dua juta rupiah. Kecillah bagi mereka. Belanja harian mereka sekitar dua juta rupiah juga. Berarti gaji sopir itu setara dengan belanja sehari keluarga itu. Anaknya yang sulung telah lulus perguruan tinggi ternama di tanah air. Dan ia kerja di sebuah perusahaan minyak terkenal dengan gaji besar.

Mantunya seorang sarjana IT yang bekerja di sebuah perusahaan IT provider dengan jabatan Marketing Manejer. Mereka telah mandiri dan menyewa sebuah apartemen mewah di pusat kota yaitu tingkat lima Bellagio. Anaknya yang nomor dua atau yang bungsu masih kuliah di Depok pada Fakultas Ekonomi. Si cantik bungsu ini mereka belikan sebuah Honda Jazz terbaru, untuk bolak balik ke kampusnya.

Di rumahnya sering kedatangan tamu sekitar mulai jam delapan malam setelah ia sampai di rumah. Rumah tempatnya sekarang adalah rumah yang disediakan oleh negara. Rumah pribadinya ada di komplek perumahan elite di Pondok Indah yang hanya sekali-kali dikunjunginya. Selebihnya hanya ditinggali oleh Bik Inah pembantunya dengan suaminya Mang Amat sekalian merangkap tukang kebun dan penjaga rumah. Rumah mewah dengan isi lengkap perabotan dari Italia dan lampu gantung Bohemian itu hanya dinikmati oleh pembantu.

Si bungsu sering menginap dengan kawan-kawanya di apartemen khusus yang dibelikan bokapnya di Kelapa Gading, karena mereka suka kumpul membahas PR kuliah. Takut mengganggu babe, makanya Sandra belikan apartemen dong be, kata putri bungsunya dua tahun lalu itu.

Tamunya itu adalah para pengusaha yang memerlukan tanda tangannya untuk mendapatkan sebuah proyek milyaran, dan juga sebuah rekomendasi untuk menemui pejabat daerah tempat proyek itu berada.

Ia yang tiap tahun cuti ke luar negeri. Paris, Roma, London, New York, Tokyo, Bangkok, Hawai, merupakan langanannya. Dan isterinya yang selalu mengajaknya kesana. Bosan dong pa, kalau hanya ke Bali, kata isterinya.
Sonya adalah seorang wanita cantik yang umurnya sepuluh tahun lebih muda. Dulunya ia bekas none Jakarta. Ia kawini Sonya karena kecantikannya dan juga adalah putri bekas bosnya. Sang bos tertarik dengannya karena prestasinya yang menanjak di departemen itu. Dimana sang bos adalah kepalanya. Dan akhirnya diambil menantu oleh bosnya itu.

Rupanya Sonya isterinya memerlukan untuk belanja pakaian, sepatu, tas dan assesories serta parfum di kota-kota dunia itu.
Mereka makannya di restoran mewah di Jakarta yang berada di hotel-hotel berbintang.

Hidup jet-set istilah kota besarnya. Ia mampu untuk itu. Gajinya besar. Dan ia selalu mendapat ”tips” dari para pengusaha yang ia tolong, dan yang mendapatkan proyek besar, sudah pasti membook paket liburan ke Eropa buat ia sekeluarga sekalian uang belanja. Besar sekali jumlahnya. Bisa puluhan ribu dolar.

Setelah menjadi orang besar, sayangnya ia sudah amat jarang ke mesjid. Bahkan sembahyangnya sering bolong, karena kesibukannya.

Suatu hari habis main golf dengan para teman pejabat lainnya di daerah Bogor, ia merasakan badannya tidak enak. Mungkin masuk angin pak kata sopirnya. Ke ketempat pijat ya mang, katanya pada sopir. Di panti pijat langganannya, ia di pijat oleh seorang pemijat yang cantik ”all-in”. Ia pasti disediakan seorang pemijat paling ok oleh service manager di panti itu. Ia disediakan di ruangan VIP yang harum dengan lampu temaram yang membangkitkan birahinya setiap ia kesana. Si pemijat sudah siap dengan service prima untuk melayani sampai titik keringat terakhir.
Namun, sore itu ia merasakan aneh, adiknya yang paling tidak tahan melihat kemolekan tubuh si pemijat, biasanya sudah meronta dan siap untuk dipegangi, kali ini adem ayem saja. Aneh, si adik hanya tidur, si pemijat berkata, capek ya om, nih adiknya tidur aja, saya godain ya om, biar dia bangun, sambil kuku runcing si pemijat disentuhkan pelan-pelan supaya si adik bangun. Namun, tetap aja ia tidur. Dan kepalanya mulai pusing, mual juga. Ah benar nih, gua masuk angin kali. Neng, pijatin kepala saya, agak pusing nih, katanya ke sipemijat. Baik, om, si pemijat mulai mengacak rambutnya dan mengurut keningnya. Agak enak memang ia rasakan. Namun, kok keringatnya terasa dingin keluar, banyak juga. Kok keringatan om, ACnya kurang dingin kali.

Tiba-tiba ia berdiri. Mau kemana om kata si pemijat. Aku mau muntah rasanya, katanya. Ia berlari ke toilet, dan benar ia muntah- muntah. Akh, gak jadi pijat ya neng, katanya. Ia kembali memasang bajunya ditolong oleh si pemijat. Ia keluar dan langsung ke mobil. Mang, kita kerumah sakit aja, saya mual dan pusing sekali nih, katanya.

Ia ke rumah sakit di Pondok Indah. Ia diperiksa oleh internist, dan sampel darahnya di uji oleh laboratorium. Hasilnya mengagetkan dokter itu. Kadar gula 400, kholesterol 300, fungsi hati menurun, ada gejala gangguan fungsi jantung.
Dokter menganjurkan supaya ia dirawat selama tiga hari sambil observasi.
Akhirnya diketahui, bahwa ia mengidap hepatitis, dan penurunan fungsi ginjal.
Ia minta dikirim ke hospital di Singapura yang lebih canggih katanya.
Ia dirawat selama satu minggu di rumah sakit Metropolitan Singapore. Dan tetap tidak ada perbaikan, akhirnya kesadarannya menurun dan ia masuk ICU. Dengan canggihnya perawatan di rumah sakit itu, dan dibantu obat-obat mahal, ia ada perbaikan. Kemudian ia boleh pulang ke Jakarta, dengan harus dirujuk ke rumah sakit. Oleh dokter di Singapura, ia disuruh mengatur makan atau diet. Ia hanya boleh makan dengan sayur bening tanpa garam, seperti timun, bayam, dan makan ikan rebus juga tanpa garam.

Jadilah ia seorang yang tak berdaya lagi. Ia stres berat. Ia yang super kaya dan punya kekuasaan, sekarang tinggal jadi mayat hidup.

Isterinya yang cantik mulai bosan dengannya. Sonya sering keluar dengan Santo sopirnya yang masih muda. Ada-ada saja alasan Sonya, belanja, melihat rumah di Pondok Indah. Yang jelas mereka sering pulang larut malam. Rupanya Sonya melampiaskan nafsunya ke Santo yang masih muda. Santo mendapat durian runtuh. Gajinya di naikkan. Baru saja ia dibelikan sebuah motor Yamaha Sport baru seharga tiga puluh juta oleh Sonya. Ia telah menjadi pacar majikannya. Ia yang muda siap melayani nafsu binatang Sonya. Bahkan Sonya minta ampun kalau Santo telah galak di tempat tidur. Ia gigit semua permukaan tubuh Sonya yang menggelinjang minta di teruskan. Akhirnya petualangan itu berakhir dengan tertidurnya mereka berdua, Jam sebelas malam baru mereka balik.

Tinggallah sang mayat hidup menikmati kekelaman siksaan dunianya, yang menunggu hari akhirnya. Ia baru menyesal, ia yang tidak mau tahu dengan agama setelah ia jadi pejabat, shalat tidak pernah lagi, apalagi ke mesjid. Pada hal waktu kuliah di Bandung dulu ia termasuk aktivis mesjid. Kekayaan menyebabkannya lupa pada Tuhannya. Kini tersiksalah ia di dunia. Ia menunggu siksaan selanjutnya di akhirat kelak.

Al Qur’an menyindir sang pejabat dengan ayat berikut:
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui, dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan sangat yakin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu) (At Takaatsur).
Tawassaw Bil Haaq:
• Janganlah kamu hidup berfoya-foya
• Ingatlah kelak kamu akan kembali ke akhirat
• Hindarilah neraka Jahannam
• Carilah Syurga buat tempat kembalimu

Tiada ulasan:

Catat Ulasan