Khamis, 28 April 2011

UDIN SI BUTA DI LAMPU MERAH

OLEH: DASRIELNOEHA

Namanya Udin. Matanya buta. Tapi kata teman saya mata Udin rada melihat. Buktinya ia tahu mobil saya bewarna merah. Mobil bapak merah ya kata Udin sambil memegang kap mobil saya yang berhenti di lampu merah. Jadi saya rasa ia rada melihat kata teman saya itu.

Tapi, yang saya lihat kalau ketemu dengan saya ia berjalan terseok seok kekanan kekiri, dan ia berjalan di tengah. Kalau mendengar suara mobil baru ia minggir. Memang, menurut dokter, orang buta, telinganya biasanya sangat peka sekali, dan itulah kelebihannya.

Yang paling parah bila ada orang yang buta tapi juga tuli. Biasanya ia akan dibimbing atau dituntun oleh orang lain.
Kalau Udin, ia tidak pernah dituntun, ia berjalan sendirian dan ia kadang-kadang tidak memakai tongkat hanya tangannya saja yang disorongkan kedepan untuk merab-raba. Kalau kita ketemu ia akan selalu mendahului menyapa,

”Apa kabar pak? Mau ke mesjid ya, katanya.

”Ya, jawab saya, hati-hati Din, kata saya lagi.

”Iya pak, gak apa-apa sudah apal, katanya lagi.

Udin ini aneh orangnya. Kalau di lampu merah biasanya seperti di Jakarta sini dan juga di Bandung, banyak orang buta meminta-minta di lampu merah.
Udin tidak mau meminta-minta. Kalau kita kasih uang ia malahan menolak.
”Saya tidak mengemis pak, buk katanya. Saya jualan kok.

Memang ia jualan. Ia menjual aqua botol di lampu merah Kelapa Gading. Kalau uangnya memerlukan kembalian ia akan kembalikan.

”Sudah Din, kamu ambil sekalian kembaliannya.

”Ah, gak usah pak, katanya.

”Benar Din, untuk kamu itu.

”Halal ya pak, saya tidak minta lho pak, baru ia mau mengambil.
Polisi di lampu merah ia beri sebotol aqua.

“Pak Pol ini aqua buat bapak, katanya.

“Ah, kamu Din, kamu sangka saya gak punya uang, canda pak Polisi.

“Bukan, kita kan teman, boleh dong saya kasih teman saya, katanya lagi.

“Sini, mana airnya, kata pak Polisi itu, tapi ia selipkan uang tiga ribuan kekantong Udin.

“Ah, bapak dikasih nggak mau, iya udah saya jual aqua ini, katanya.

“Din jangan ketengah, lampu sudah hijau kata pak Polisi.

“Astagfurullah, katanya lagi sambil berlari ke pinggir.

Itulah Udin. Semua orang di Kelapa Gading umumnya kenal dia. Udin yang buta. Udin sipenjual aqua di lampu merah. Kadang-kadang ia tidak berjualan, mungkin lagi malas. Orang malahan bertanya, mana Udin ya, kok gak kelihatan, apa ia sakit?

Udin senang bernyanyi. Kesenangannya lagu dangdut.
Waktu RW 09 mengadakan acara perayaan hari tujuh belas Agustusan di perempatan jalan Cengkir Timur, ia datang dan ia menggoyangkan badannya mengikuti irama lagu.

“Pak saya mau ikut nyanyi ya, pintanya.

”Boleh, ntar habis lagu ini ya, kata saya.

Habis lagu itu ia langsung naik ke pentas. Mas, lagu sakit gigi, katanya ke pemain band. Ia nyanyikan lagu itu dengan indah. Orang bertepuk tangan. Seorang ibu mendekati saya.

“Pak, jangan dibiarkan dia nyanyi pak, lihat bajunya kumal dan kotor, malu kita sama pak Camat, kata ibu itu.

“Ya, kata saya, nanti saya ajak ia turun habis lagu itu.

Ah, kenapa orang melihat kumalnya Udin. Pada hal dia tidak tahu bahwa anak ini punya kepribadian yang kuat. Umurnya sekitar dua puluh limaan. Biarpun matanya buta, ia tidak minta dikasihani. Ia tidak mau mengemis. Ia mencari uang dengan berjualan aqua di lampu merah. Ia menumpang tidur dirumah saudaranya di komplek perumahan Walikota Jakarta Utara.
Di mata saya Udin ini orangnya terhormat. Matanya boleh buta, tapi hatinya melihat. Isteri saya selalu memberinya permen kalau ketemu Udin, ia selalu hormat pada isteri saya.
”Mau ke mesjid bu haji, katanya. Ia tahu kalau isteri sering ke mesjid mengaji.

Kebutaan Udin tidak sama dengan orang yang dibutakan hatinya oleh Tuhan di dalam surat Al Baqaraah ayat 7:
Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka (orang kafir), dan penglihatan mereka ditutupi. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.

Orang kafir dan mendustakan agama, memang dihukum Tuhan dengan mengunci hati, penglihatan, dan pendengarannya. Bagi mereka sama saja dinasihati dan tidak dinasihati, tetap saja mereka tidak akan percaya dan tidak mau beriman (AlBaqarah ayat 6).

Tapi Udin, moga-moga Allah memberi kemudahan buatnya untuk meniti dunia dengan kebutaannya.

Orang banyak yang melek matanya, tapi kebanyakan mereka buta hatinya. Tau pura-pura buuta matanya melihat orang buta meminta-minta di jalanan. Si buta menghansurkan potongan botol aqua untuk sekadar mendapatkan recehan ribuan untuk penyambung hidup, itupun kebanyakan diacuhkan saja.

Padahal, bermilyar rupiah ditelep oleh orang yang melek mata dan otak mereka. Kepintaran dan keterangan matanya dipakai untuk menipu dunia dan menipu hidup orang yang benar-benar buta matanya.

Tapi, apakah orang melek dan pintarnamun buta hatinya ini dapat menipu Tuhannya? Dan apakah Tuhan juga buta?

Jawban pertanyaan ini memang tidak ada di dunia.

Jawabannya hanya ada di akhirat kelak.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan