Khamis, 28 April 2011

SEBUAH PERCOBAAN

Tersebutlah seorang kaya disebuah kota J.
Ia amat kaya. Ia kaya memang karena ia bekerja keras sejak mudanya.

Tatkala ia menyelesaikan sekolah menengahnya di kampung, ia bercita-cita ingin kuliah pada sebuah peerguruan tinggi ternama.
Ia pamitan pada ayah dan ibunya. Ia akan menuju kota impiannya untuk melanjutkan sekolah.

”Ingat Al Qur’an telah berkata, Allah tiada akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang akan merubahnya”, kata ayahnya menasihatinya.

”Ya ayah, do’akan saya, saya akan belajar keras dan mencapai cita-cita”, katanya sewaktu akan menaiki subuah bus menuju ke tanah Jawa.

Setelah beberapa tahun ia kuliah, akhirnya ia lulus menjadi seorang sarjana.
Ia tidak mau bekerja, tapi ia mendirikan bengkel kecil-kecilan, dan memakai dua orang anak STM yang tidak mampu kuliah lagi untuk membantunya.
Itulah perusahaannya yang pertama ia dirikan.

Dari perusahaan itulah, setelah sepuluh tahun kemudian. Ia mampu membesarkan usahanya menjadi sebuah perusahaan patungan dengan Jepang mendirikan sebuah pabrikan motor dan mobil di tanah air.

Sekarang ia telah kaya.
Kedua orang tuanya dan adik-adiknya ia boyong ke kota J.

Seperti kebanyakan orang kaya lainnya, ia juga menikmati kekayaannya dengan hidup mewah.
Isterinya juga telah menjadi wanita jet set di kota J.
Anak-anaknya ia sekolahkan di luar negeri. Ia ingin putranya kelak akan memimpin perusahaan sebagai generasi penerus.

*
Suatu hari ia meriang.
Dalam sakitnya ia menggigau.
Ia dibawa isterinya kerumah sakit di luar negeri. Ia dirawat di Singapura.
Dokter ahli heran, pada tubuhnya tidak ditemukan penyakit yang serius. Kecuali tekanan darahnya yang sedikit meninggi.

Dalam tidurnya ia menggigau. Ia menceracau tidak karuan. Panas tubuhnya meninggi.
Ia bermimpi, ditemui seorang kakek yang mengajaknya ke sebuah negeri. Negeri itu terkenal dengan sebuah batu hitam di tengah kota.

Paginya ia bangun dan merasakan tubuhnya enteng.
Ia menceritakan mimpinya kepada ayahnya yang sudah tua.

”Nak, itu tandanya bahwa engkau di ajak oleh kakek itu pergi naik haji. Engkau harus mencium batu hitam di Kaabah sana”, demikian ayahnya memberi tahu akan arti mimpinya.

Besoknya ia keluar dari rumah sakit mewah itu. Ia pulang ke tanah air.
Dokter hanya membekalinya dengan vitamin, dan menasihatinya supaya jangan terlalu lelah.

*
Ia segera sadar bahwa ia memang amat jarang memperhatikan ibadahnya.
Sekarang ia bertekad akan merubah semuanya.
Ia pulang lebih cepat dari kantornya agar ia bisa shalat maghrib di mesjid.

Selesai shalat ia segera mencari imam mesjid.
Ia meminta pak Imam sehabis shalat Isya datang kerumahnya.
Ia sendiri yang menjemput pak Imam.
Sejak saat itu ia dan isterinya mulai belajar agama Islam dengan serius.

Ia belajar selama tiga bulan setiap hari pada pak imam.

Dan kemudian ia mendaftar pergi haji dengan sebuah biro perjalanan.
Isterinya ia paksa. Pada mulanya isterinya menolak. Tapi ia beri ultimatum. Ia katakan, kalau kamu menolak, berarti talak tiga jatuh kepadamu.

Akhirnya isterinya menyerah juga.

Ia kembali memanggil pak Imam untuk mengajari ia dan isterinya tentang manasik haji.
Sekalian ia meminta nasihat apa yang amat berguna baginya dalam hidup ini.
Pak Imam yang Ustdaz mengajarkan dan meminta ia mengamalkan Surat Al Ma’uun.

Perhatikanlah nasib orang miskin. Bapak kan sudah diberi rejeki yang berlimpah oleh Allah, sekarang kewajiban bapak memberikan sebagian rejeki itu untuk orang miskin dan peminta-minta. Demikian kata ustadz.

”Baik, ustdaz, akan saya coba mematuhinya”, katanya berjanji.

”Ingat pak, janji bapak adalah juga do’a. Akan Allah tambahkan rejeki bapak kalau bapak mematuhinya”, demikian ustaz mengatakan sesaat akan melepas ia dan isterinya berangkat haji.

Nasihat ustdaz itulah yang selalu diperhatikannya.

Sepulang dari Mekah, ia dan isterinya mencoba untuk berubah.
Isterinya sekarang telah memakai jilbab. Dan ia malahan kelihatan bertambah cantik dan muda.

Ia juga sekarang banyak memperhatikan pegawainya.
Hari pertama ia masuk kerja sepulang haji, ia panggil manejer personalia. Ia perintahkan untuk membuat proposal kenaikan gaji bagi seluruh karyawan. Juga harus dibudgetkan bonus akhir tahun. Hadiah lebaran juga harus di budgetkan.
Ia memberikan perintah langsung untuk merenovasi mushola di kantor.

Waktu sholat Ashar, ia sendiri yang menjadi imamnya.
Sekarang mushola jadi ramai. Karena ada kegairahan di sana.
Setiap akhir pekan, diwajibkan bagi karyawan untuk sholat maghrib berjamaah di kantor. Dan ada pengajian dua jam oleh ustadz yang dipanggil bergantian.
Semua karyawan yang hadir diberi bonus mingguan sebesar seratus ribu. Semua kebagian, termasuk manejer dan direktur.
Ia sendiri sebagai president direktur juga kebagian seratus ribu. Yang membagi adalah manejer personalia.
Tapi bagiannya ia berikan lagi kepada ustdaz.

”Ini sedekah saya kepada ustadz sebagai fi sabillillah”, katanya.

Sejak saat itu ia merasakan badannya enteng.
Ia periksa kesehatan terakhir dengan hasil yang mengherankan dokter. Semua hasil test kimia darahnya normal dan baik sekali.

Perusahaan tambah maju.
Order semakin banyak. Dan sekarang ia juga membuka cabang perusahaan di empat negara di Timur Tengah dan Afrika.

Namun, sebagai hamba Allah ia belum puas. Ia merasa belum sepenuhnya melaksanakan perintah surat Al Mauun.

”Bapak harus bisa mempraktekkan isyarat dalam surat Al Mauun itu”, ia ingat pesan ustadz kepadanya.

”Ma, mulai besok ijinkan saya pulang agak telat. Mungkin sekitar jam sembilan malam”, katanya minta ijin isterinya.
”Papa mau kemana”, tanya isterinya.

”Saya akan mencoba shalat maghrib berkeliling di beberapa mesjid dan mushola, sekalian bersedekah”, katanya menjelaskan.

”Kalau begitu, sesekali jemput mama, mama juga pingin ikut”, kata isterinya.

”Baik, nanti sesekali mama harus ikut”, katanya.

Pipinya dicium lembut oleh isterinya. Mereka bergandengan tangan menuju kamar tidur. Hubungan suami isteri malam itu ia rasakan nikmat sekali. Ia sangat bergairah kepada isterinya. Juga isterinya seakan tidak puas dengan permainan berdua, selalu minta tambah.

Sejak saat itu ia berkeliling shalat maghrib di pelosok kota J. Ia bersedekah dan memberikan oleh-oleh. Setiap isterinya ikut selalu dibawa makanan buat jamaah mesjid.
Jadilah ia seorang kaya yang dermawan.
Sejak ia sakit tempo hari ia benar-benar merubah segala kelakuannya.
Ia tidak lagi ikut menghadiri pesta hura-hura perusahaan.
Kalau ada undangan terpaksa, ia selalu menghadiri hanya basa-basi. Setengah jam kemudian ia pulang. Dan ia diwakili oleh direktur lain.
Ia benar-benar berubah.
*
Namun, ia masih merasa perbuatannya masih kurang jauh dari seharusnya ia perbuat.
Ia berunding dengan isterinya. Ia akan melakukan sebuah percobaan.
Malam itu, sehabis melakukan hubungan suami isteri, mereka berdua sambil mencicipi kue buatan isterinya, mereka mufakat akan melakukan sesuatu.

Kemudian ia menemui ustadz. Kepada ustadz ia minta rencananya dirahasiakan. Agar ia tidak ria katanya.

Ia merencanakan untuk menyamar menjadi seorang pengemis. Ia ingin merasakan bagaimana menjadi seorang peminta-minta.
Isterinya setuju. Itu akan dilakukan selama satu minggu bulan depan. Ia akan minta cuti. Alasannya ia akan istirahat. Perusahaan ia kuasakan ke salah seorang direktur.

Pagi itu setelah shalat shubuh, ia menukar bajunya dengan sebuah kemeja robek dan celana kutung. Kepalanya ia tutupi dengan sebuah topi.
Ia diantar isterinya ke sebuah perempatan jalan.

Mulailah ia melakukan aksinya sebagai peminta-minta di lampu merah.
Setiap mobil yang berhenti di lampu merah ia dekati. Ia sodorkan tangannya yang kotor yang memegang sebuah potongan botol plastik aqua.
Kebanyakan pengendara mobil tidak mengacuhkannya.
Sesekali mereka melemparkan uang logam seribuan.

Senja makala waktu maghrib, ia menyelinap kearah sudut pos polisi di lampu merah itu untuk mengambil wudhu. Ia shalat maghrib di belakang pos itu. Begitupun setiap waktu shalat tiba ia shalat di situ.
Ia tidak makan nasi seharian. Ia hanya minum air aqua saja. Ia membekali diri dalam kantongnya dengan dua potong roti yang dibawa dari rumah. Itu saja pengganjal perutnya.

Sekitar jam delapan malam, ia mulai beringsut agak menjauh dari lampu merah.
Ia duduk di sebuah kanstin pinggir jalan menunggu isterinya yang akan menjemputnya.

Tatkala sebuah sedan menghampirinya, ia dengan diam-diam naik dibelakang.
Isterinya tersenyum melihat tingkah suaminya.

”Dapat uang berapa pak pengemis”, tanya isterinya sambil tersenyum.

”Lumayan bu, dapat tiga puluh dua ribu”, jawabnya sambil menghansurkan potongan botol aqua yang berisikan uang logam seribuan dan lima ratusan.
Hanya itu yang ia dapat seharian.

”Besok bapak akan mengemis lagi”, tanya isterinya.

”Yap”, katanya dengan mantap.

”Baik, bos kata isterinya”, sambil tersenyum.

”Kenapa mama tersenyum”, tanyanya.

”Papa ganteng juga jadi pengemis”, goda isterinya.

”Ah, mama ada-ada saja, cepat kita pulang, saya sudah lapar nih”, katanya.

”Lapar apa lapar”, kata isterinya makin menggodanya.

”Besok mama tolong jemput aku agak telat, tunggu sms dari saya dimana akan diambil”, katanya lagi.

”Memang rencana pak pengemis besok apa”, tanya isterinya.

”Saya akan menguntit sebuah mobil pickup yang tadi pagi mendrop serombongan ibu-ibu yang mengemis”, katanya.

”Ada yang mendrop ibu-ibu pengemis, maksud papa gimana”, tanya isterinya.

”Itu dia, sekitar jam setengah enam kurang sebuah pickup hitam berhenti tidak jauh dari lampu merah. Serombongan ibu-ibu ada sepuluh orang di drop disana. Kemudian pickup itu jalan lagi, dan ibu-ibu itu langsung mengemis di lampu merah”, katanya menjelaskan.

”Jadi desas desus selama ini bahwa penegmis di kota ini ada yang mengorganisir betul adanya. Keterlaluan mereka. Orang miskin diperalat untuk kekayaan sendiri”, isterinya ngedumel.

”Mama betul, kelihatannya ada yang mengorganisir mereka. Tapi mungkin juga ibu-ibu itu bukan orang miskin betulan. Mungkin mereka ibu-ibu dari desa sekitar kota ini dimanfaatkan oleh agen pengemis itu. Pagi buat diantar ke lampu merah, malam diantar kembali kerumah mereka. Uang mereka diambil. Dan mereka diberi gaji yang telah dipatok berapa. Sisanya dikantongi oleh agen itu. Kalau ada seratusan ibu-ibu itu yang mereka manfaatkan, bila satu ibu menyumbang lima belas ribu rupiah sehari, mereka dengan gampang mengumpulkan satu setengah juta rupiah setiap hari. Sungguh keterlaluan mereka yang memanfaatkan kemiskinan untuk mencari rejeki”, geramnya.

”Jadi besok papa mau tahu dari mana mereka itu”, tanya isterinya.

”Ya saya jadi penasaran”, katanya.

”Sebenarnya tidak usyahlah papa selidiki. Dengan papa lihat mereka turun dari sebuah pickup itu sudah cukup membuktikan bahwa mereka itu pengemis gadungan dan alat penyedot uang agen kurang ajar itu”, jelas isterinya.

”Mama benar juga”, tapi lihat besok apa yang kejadian. Besok mama antar lagi saya ke lampu merah tadi”, katanya.

Mereka sudah sampai dirumah.
Dia langsung membuka pakaian kumalnya. Langsung ia memasuki kamar mandi.
Selesai mandi ia menuju meja makan. Ia ditemani isterinya.

”Mama juga belum makan?, tanyanya.

”Belum, masih menunggu papa pulang”, isterinya mencium pipinya.
”Mama besok pagi antarkan hasil kerjaku tadi pagi ke mushola. Masukkan saja kedalam kotak”, kata isterinya.

Pagi ini ia juga kembali ngemis di perempatan jalan yang sama.
Rencananya satu minggu ia akan lakukan. Ia sudah minta cuti di kantor. Pekerjaan di ambil alih oleh Karim seorang direktur produksi.
Kembali ia menyodorkan potongan botol aqua untuk meninta-minta.

”Kasihan pak, orang miskin, sedekah pak”, katanya setiap ia mendekati sebuah mobil.

Ia dilempari sebuah logam seribuan kedalam btol aquanya. Cring, uang logam itu meluncur ke dasar botol.
Lemparan itu ia dapatkan berbarengan senyum sinis dari penumpang mobil sedan yang berhenti di lampu merah itu.
Barangkali mereka jijik melihat tampangnya yang kumal dan bau. Bajunya robek di sana sini.
Memang ia selalu mengoleskan terasi di dalam kantong baju itu, supayaberbau amis dan tengik.

Hari sudah mendekati jam delapan. Berarti sudah dua setengah jam ia mengemis.
Baru masuk lima biji uang seribuan. Lumayan pikirnya. Kemaren lima ribuan dia dapatkan hampir pukul sebelas tengah hari. Ada banyak orang yang baik hari ini kata hatinya.

Lampu hijau menyala lagi. Ia minggir dan duduk disebuah kanstin dibawah tiang penyangga jalan layang diatasnya. Ia mulai haus. Iam meraih botol aqua yang ada dalam tas kusam gendongannya. Ia hirup air itu setelah membaca bismillah.
Segar air seteguk yang masuk kerongkongannya.

Sekarang lampu berubah merah.
Sebuah sepeda motor berhenti.
Sepeda motor warna hitam dan kelihatan masih baru. Terbaca mereknya Yamaha Mio. Masih mengkilat. Seorang anak muda duduk diatasnya. Kepalanya ditutupi helm yang juga bewarna hitam.
Sepeda motor itu persis berhenti di depannya duduk. Hanya berjarak setengah meter darinya.
Ia dengan jelas memperhatikan anak muda pengendaranya. Gagah, dengan sepatu mengkilat.
Pasti anak ini kerja kantoran, pikirnya.

Si anak muda merogo kantongnya. Ia mengeluarkan dompetnya. Sebuah lembaran warna biru ia keluarkan. Uang lima puluh ribuan.

”Pak, ini buat bapak”, kata anak muda itu sambil menyodorkan tangannya kearahnya.

”Untuk saya nak”, tanyanya tak percaya.

”Ya, untuk bapak”, kembali anak muda itu mengulang.

”Alhamdulillah, anak baik sekali, semoga Allah melimpahkan rejekinya buat ananda”, serentetan kalimat pujian meluncur dari mulutnya.

Tiba-tiba lampu menyala hijau.

”Terima kasih pak”, anak muda menjawab dan melanjutkan perjalanannya.

Ia mencatat dalam hatinya plat nomor motor anak muda itu. B 7689 KPP.
Motor itu bebelok ke kanan. Hilang dari pandangannya.
Namun, apa yang ia alami tidak pernah hilang dari ingatannya.

Sore itu, jam delapan malam ia kembali telah jauh dari lampu merah.
Sambil duduk di kanstin pinggir jalan, ia menghabiskan sisa air di botol aqua.
Pikirannya tidak pernah hilang dari apa yang ia alami jam delapan tadi pagi.
Seorang anak muda memberinya uang lima puluh ribu.
Ini sungguh-sungguh luar biasa.
Ini tidak akan sulit diterima akal, bila yang memberikan seorang kaya yang duduk di jok belakang sebuah mobil sedan merek mercedez. Karena yang ada dalam mobil sedan mercedez pastilah seorang yang kaya di kota J.

Tapi yang memberinya adalah seorang anak muda yang hanya berkendaraan motor Yamaha.
Ada puluhan ribu orang yang bekerja tiap hari di kota J yang bepergian dengan mengendarai motor.
Mereka bisa saja seorang insinyur muda yang baru masuk kerja di sebuah pabrik. Bisa saja seorang office boy yang punya gaji pas-pasan. Bisa seorang pedagang pemasok bahan di Pasar. Bisa juga seorang yang profesinya pencopet yang juga naik motor pagi petang.

Seorang yang mengendarai motor memberinya sedekah lima puluh ribuan?
Apa kerjaan anak muda itu? Apakah ia seorang bos? Apakah ia juga menyamar atau bosan naik sedan? Ataukah karena ia memang senang naik motor? Pada hal ia seorang bos disebuah perusahaan?

Beribu pertanyaan muncul dibenaknya.
Besok akan saya buktikan. Kalu anak muda itu lewat akan saya ajak bicara, kata hatinya.

Sebuah sedan telah berhenti tepat di depannya. Sudah ada dua menit. Ia tidak menyadarinya. Ia asyik meikirkan kejadian tadi pagi.

”Pak pengemis, mau pulang apa tidak”, ia dikejutkan oleh sebuah tegoran.

”Ya, ya, ia tergagap”, karena mengetahui bahwa isterinya telah datang.

”Bapak melamun ya”, kata isterinya sambil menyetir.

”Ya, begitulah, aku mengalami peristiwa menkjubkan tadi pagi”, katanya.

”Peristiwa apa pa”, tanya isterinya.

”Nanti aku ceritakan di rumah”, katanya.

”Dapat berapa hari ini”, tanya isterinya.

”Lumayan ma, hampir seratus ribu”, katanya menyodorkan potongan botol plastik ke isterinya.

”Bagus, berarti rejeki mushola agak baikan hari ini”, kata isterinya.

Setelah selesai makan malam bersama sang isteri, ia ceritakan kejadian tadi pagi.
Bahwa seorang anak muda gagah memberinya uang lima puluh ribu.

”Besok moga-moga ia lewat lagi”, katanya.

Mereka kembali keperaduan. Menikmati cinta. Cinta suami isteri yang semakin
menggelora.

*
Ia kembali berada di lampu merah itu. Ia melanjutkan percobaannya. Ia seakan seorang mahasiswa pasca sarjana yang sedang melakukan riset untuk sebuah disertasi. Objeknya adalah lampu merah. Ia sedang meneliti kelakuan seorang pengemis di kota J.

Pagi ini ia merencanakan risetnya akan mulai rampung.
Ia sedang menanti kedatangan sebuah sepeda motor warna hitam. B. 7689 KPP.

Tepat jam tujuh lima puluh lima, muncullah si anak muda diatas motornya.
Kembali terjadi seperti kemaren. Si anak muda mengeluarkan dompetnya. Dua lembar uang kertas warna ungu ia berikan kepadanya.
”Ini untuk bapak”, kata si anak muda.

”Anak bekerja di mana”, tanyanya sambil menerima dua lembar sepuluh ribuan.

”Bekasi Timur Selatan pak”, kata si anak muda.

”Bekasi Timur Selatan di mana”, katanya agak terkejut.

”Pabrik motor pak”, katanya.

”Sudah lama bekerja di sana nak”, tanyanya lagi.

”Sudah dua tahun pak”, katanya.

”Oh, hati-hati ya nak”, suaranya mulai parau.

”Assalamualaikum”, si anak muda melanjutkan perjalanannya. Karena lampu sudah hijau lagi.

Ia kembali terduduk. Kali ini ia terhenyak.
Bekasi Timur Selatan. Tempat itu ia dengan pasti mengetahuinya.
Sebuah pabrik motor? Pabrik motor yang mana. Hanya satu-satunya pabrik motor di situ. Yang lainnya ada di Cibitung.
Yang di Cibitung milik perusahaan raksasa.

Yang di Bekasi Timur Selatan adalah miliknya.
Anak muda itu bekerja di pabriknya.
Dan anak muda itu yang memberinya sedekah dua puluh ribuan hari ini. Dan kemaren ia memberi lima puluh ribuan.

Ia tersenyum kecut kini.
Risetnya hampir selesai. Inikah rahasia surat Al Mauun seperti kata ustdaz tempo hari? Ia akan segera mengetahuinya.
Kesimpulan sementara penelitiannya tentang kelakuan pengemis dan sipemberi sedekah adalah seperti yang dialaminya tiga hari ini.

*
Kembali ia di jemput oleh isterinya.

”Apa papa ketemu lagi dengan anak muda kemaren?, tanya isterinya.

”Ketemu. Kami sempat berbincang sebentar”, katanya.

”Terus, apa yang dibicarakan”.

”Ia bekerja di Bekasi Timur”, katanya lagi.

”Bekasi Timur kan banyak industri, berarti ia jadi buruh di salah satu industri disitu”, kata isterinya.

”Ia bekerja di pabrik motor di sebelah selatan”, katanya lagi.

”Pabrik motor?, yang mana?

”Yang kita punya mungkin”, katanya.

”Ia bekerja di pabrik kita?, tanya isterinya lagi.

”Mungkin”.

Mereka berdua terdiam.
Mereka telah sampai di rumah.

”Ma, besok papa tidak akan mengemis”, katanya.

”Lho, kenapa, kan papa rencanakan satu minggu, ini baru tiga hari. Papa sudah gak kuat ya. Papa menyerah.Ternyata mengemis memang pekerjaan yang melelahkan.

”Bukan karena alasan papa capek dan kelelahan ma”, katanya.

”Trus?

”Penelitian papa sudah selesai. Jawabannya sudah ada”, katanya lagi.

”Jawaban apa? Tanya isterinya.

”Allah menjawab pertanyaan papa tentang salah satu isyarat dalam surat Al Mauun itu”, katanya menjelaskan.

*
Pagi itu ia kembali muncul di kantor.
Pak Karim, direktur produksi memasuki kantornya.

”Assalamualaikum, bapak sudah masuk”, tanya pak Karim.

”Ya, pak Karim, tapi saya hanya mau mengerjakan hal penting saja. Tugas rutin tetap Pak Karim yang pimpin selama satu minggu ini”, katanya.

”Oh begitu, apa saya perlu menyiapkan laporan selama tiga hari ini pak”, tanya pak Karim.

”Tidak usah pak Karim, laporkan dalam rapat mingguan direksi hari Senin depan. Toh saya juga akan keluar kantor. Saya akan ke pabrik sebentar lagi”, katanya menjelaskan.

”Apa perlu saya temani ke pabrik pak”, tanya pak Karim lagi.
”Tidak usyah pak. Saya hanya sebentar melihat sesuatu. Dan ini tidak penting untuk perusahaan. Saya hanya minta ditemani oleh pak Hardi manejer personalia”, katanya lagi.

Dengan ditemani oleh Pak Hardi manejer personalia, ia berangkat ke pabrik.
Dalam mobil ia bertanya kepada hardi.

”Pak Hardi, apa ingat beberapa karyawan pabrik yang masuk dalam dua tahun terakhir ini”.

”Ingat pak, mereka kan tidak banyak. Hanya lima insinyur. Tiga orang di bagian produksi, dan dua orang di procurement. Satu tahun kemaren masuk lima orang lagi tenaga sales and marketing. Tiga perempuan dan dua orang laki-laki. Yang perempuan ada di kantor Jakarta, dan yang laki-laki di tempatkan di pabrik.

”Hm, baik”.

”Emangnya kenapa pak”, tanya pak Hardi mulai tertarik dengan pertanyaan presiden direkturnya.

Tidak biasanya seorang presiden direktur perusahaan bertanya tentang karyawan baru. Ini pasti ada apa-apanya. Pak Hardi belum menemukan jawabannya.

”Apakah program training para insinyur muda dapat berjalan dengan baik pak Hardi?

”Baik sekali pak. Cuma dua bulan terakhir kita agak delay mau mengirim tiga orang insinyur dan lima teknisi produksi ke Jepang, karena belum ada jawaban tentang program disana”, urai pak Hardi.

”Kok bisa begitu, kan biasanya di Jepang tidak ada masalah”.
”Saya coba kumunikasikan lagi siang ini pak. Kalau bisa bulan depan mereka sudah harus berangkat. Toh semua urusan administrasi termasuk paspor dan visa sudah selesai”, urai pak Hardi.

”Kalau masih tergendala ke Jepang, kirim saja mereka ke Australia sekalian belajar manajemen pemasaran di Melbourne University. Toh kita perlu terobosan baru untuk memasuki pasar global Timur Tengah. Anak muda potensial perlu diberikan teori pemasaran internasional yang memadai sebelum mereka kita secondedkan ke sana nantinya”, pintanya.

”Baik pak, akan saya follow up segera siang ini”.

”Pak Hardi, saya mau wawancara singkat dengan insinyur muda dari bagian produksi, apa bisa di atur sebelum makan siang ini di pabrik”.

”Bisa pak. Nanti saya akan minta manejer pabrik merilis mereka sekitar jam sebelas”.

Mereka sampai di pabrik jam sepuluh.
Dia sebagai presiden direktur memutari pagar pabrik seperti biasanya ia lakukan setiap minggu kalau ia ke pabrik.
Sepanjang pagar kawat lokasi pabrik yang sekitar lima hektar ini kelihatan bersih.
Rumput hijau sekeliling pabrik kelihatan baru dipotong. Bunga bougenville merah ungu campur putih berkembang dengan semaraknya di setiap sudut.
Disepanjang pagar itu juga ditanami dengan pinang merah setiap jarak 25 meter.
Sepanjang pagar juga rimbun dan tumbuh subur bambu cina yang dipangkas rapi.
Pagar kawat brc masih kelihatan baru saja disemprot cat warna perak yang baru.

Gerbang pabrik yang di tanami pohon palem kelihatan anggun.
Tidak heran setiap tahun pabrik ini memperoleh penghargaan kebersihan lingkungan dari pemerintah kabupaten Bekasi.
Ia selalu membuka tutup bak sampah yang ditarok di area waste handling di belakan pabrik. Sampah yang telah dipisahkan sesuai aturan menteri KLH terlihat terkumpul dengan rapi di bak masing-masing. Bak A berisi sampah padat kertas, plastik. Bak B berisi sampah basah dan organik. Bak C berisi sampah keras seperti logam, kawat dan potongan besi lain.

”Pak Hardi, minggu depan kepala kebersihan lingkungan tolong menghadap saya di Jakarta”.

”Baik pak nanti saya atur”.

Jam sebelas ia ditemani Hardi telah berada di ruang meeting pabrik.
Manejer pabrik datang dengan lima orang anak muda. Anak-anak muda ini adalah para insinyur muda di pabrik itu. Dua orang perempuan dan tiga orang laki-laki.
Yang perempuan adalah lulusan Teknik Industri ITB. Satu orang laki-laki adalah lulusan Teknik Mesin ITB. Satu orang lagi adalah lulusan Teknik Mesin Universitas Trisakti. Satu orang lagi adalah lulusan Teknik Elektro dari UI.

”Selamat datang di pabrik pak”, kata pak Sutrisno Manejer pabrik berbasa basi.

”Terima kasih pak Trisno, gimana produksi apa lancar”.

”Sejauh ini lancar dan under control pak”.

Tiba-tiba masuk seorang yang pendek kekar dengan kulit kuning. Mr. Hamamoto dari Jepang sebagai konsultan teknis pabrik.

”Seramat siang pak Hamid, gimana khabar”, tanya Hamamoto.

”Selamat siang tuan Moto, gimana situation?

”Everything is OK, under contror, don’t worry sir”, jawab Hamamoto.

”Good, I’ll talk to you later”.

OK Sir, seramat siang”, Hamamoto kembali keluar dari ruangan meeting itu.

Ia kemudian memberikan pengarahan kepada para insinyur muda itu. Bahwa pabrik membutuhkan keseriusan dan ketrampilan yang lebih ari mereka. Dan ditangan merekalah pabrik ini akan bertahan di arena persaingan bisnis yang makin keras di dunia otomotif.
Satu persatu para insinyur itu di panggilnya ke ruang khusus. Ia masih ditemani oleh Pak Hardi.
Kepada yang perempuan ia berikan pengarahan tentang kestabilan tempat kerja dan supervisi. Terutama bila waktu kerja malam hari. Buruh pabrik kebanyakan adalah pria terutama pada bagian assembly.
Kebetulan yang dua orang ini wajahnya cantik dengan penampilan yang menarik. Bukan tidak mungkin ada yang tertarik dan mencoba berbuat iseng.
Jadi penekanan tehadap masalah moral dan etika lebih diutamakan.

Kepada dua orang yang laki-laki lebih ditekankan akan tanggung jawab pabrik dan alih generasi. Mereka diminta supaya lebih rajin bekerja dan belajar aturan pengelolaan pabrik sesuai dengan prosedur induknya di Jepang. Pengetahuan Hamamoto harus dapat mereka kuasai secepatnya.
Changing technology harus berjalan cepat dan mulus.

Yang terakhir dipanggil adalah Ir. Chandra.
Anaknya pendiam dan kelihatan berpengetahuan.

”Assalamualaikum”, Chandra masuk dan langsung mengangguk.

”Wa alaikum salam, silahkan duduk”.

Ia terkejut. Tidak salah lagi inilah anaknya.
Inilah yang memberinya sedekah kemaren. Uang anak ini telah ia terima tujuh puluh ribu rupiah.

Ia bertanya kepada anak itu.
”Gimana perkembangan assembly sekarang nak Chandra”.

”Baik pak, sistems pengaturan pergerakkan spare part yang baru lebih membantu kita untuk mempercepat proses assembly. Mesin robot XT-05 yang baru dikirim bekerja dengan baik. Teknisi kita dengan cepat menguasai pengaturan tata letak dan pergerakan sesuai urut pekerjaan yang direncanakan.

”Bagaimana dengan model dan warna sesuai pergerakan marketing”, tanyanya sekenanya.

”Model sesuai rencana yang diberikan oleh Departemen Marketing. Pengecatan dengan robot CR -234 amat baik hasilnya. Scanning warna otomatis menunjukkan ketebalan dan pemerataan 99%. Ini sudah menyamai pabrik yang di Jepang”.

”Bagus kalau begitu. Apa nak Chandra ada usulan dan masukan ke manajemen”.

”Ada pak, kalau boleh saya ngusul ke bagian marketing soal warna yang akan dikirim ke luar”, Chandra menjawab gairah karena diberikan kesempatan untuk memasukan idenya.

”Kenapa begitu”.

”Saya buka internet, soal selera orang Timur Tengah dan Afrika menyangkut warna.

”Bagaimana uraiannya”.

”Afrika lebih menyenangi warna terang dan menantang. Saya usul supaya warna yang akan dikirim ke Afrika adalah hitam, merah, dan biru.

Sedangkan ke Timur Tengah mereka lebih menyukai warna yang lembut. Oleh karena itu kita akan krim warna putih, krem, tosca, dan cokelat muda.

”Saya setuju, sampaikan ke pak Sutrisno”.
”Saya mohon bapak yang menyampaikan”, sekarang Chandra berani menantang presiden direkturnya.

Ini memang sesuai dengan sifatnya sejak mahasiswa. Ia mahasiswa yang berani mengemukakan pendapat.
Waktu diskusi dengan presiden di Istana Negara, ia dengan lantang menyampaikan pendapat tentang pemberantasan korupsi.
Memang Chandra adalah anak yang brilian. Ia kelahiran Palembang. Anak seorang pensiuan tentara yang tinggal di Priok dengan kedua orang tuanya. Ia mempunyai adik perempuan yang masih kuliah di fakultas kedokteran UI.
Waktu lulus dari jurusan mesin ITB ia adalah lulusan terbaik dengan predikat cum laude dengan GPA 3.87.
Yang lebih mengherankan ialah bahwa Chandra terkenal sebagai mahasiswa alim di ITB. Ia ikut jadi pengurus mesjid Salman ITB. Ia juga ikut di KM ITB.
Namun, ia lulus tepat waktu. Lima tahun persis dengan predikat cum laude pada jurusan mesin adalah sesuatu yang membanggakan.

”Nak Chandra tinggal dimana di Jakarta”.

”Di Priok pak”.

”Priok, jauh juga ya”.

”Ya pak satu jam sampai pabrik”.

”Dengan apa ke sini”.

”Bawa motor pak”.

”Lewat mana bisa satu jam”.

”Lewat Pegangsaan, Kelapa Gading, By-Pass terus Kali Malang dan Bekasi.

Pasti anak ini. Ia yang berhenti di lampu merah perempatan jalan Pemuda dan Pramuka. Lampu merah temapt aku mengemis kemaren.

”Banyak lampu merah dong yang dilewati”.

”Ya pak”.

”Lampu merah dengan banyak pengemis kadang mengesalkan kita”, pancingannya.

”Gak papa pak, itu malahan merupakan ladang pahala buat kita”.

”Maksud nak Chandra”.

”Ya kita kan kesempatan memberikan sedekah pada pengemis itu. Biar mereka bisa membeli makanan”.

”Katanya para pengemis itu ada yang mengorganisir. Jadi bagaimana hukumnya sedekah kita itu”.

Pak Hardi merasa aneh. Kok wawancara ini berpindah dari masalah teknis ke urusan pengemis.

”Pak, saya akan melakukan tur pabrik dengan Pak Trisno”, kata pak Hardi.

”Ya, saya masih mau ngomong dengan Chandra”.

”Nak Chandra sering sedekah di lampu merah”.

”Ya kalau kebetulan ada uang pak”.

”Tiap hari kalau berhenti di lampu merah”.

”Tiap hari sebisanya”.
”Trus uangnya banyak juga yang dikeluarkan”.

”Banyak sedikit sedekah saya tidak hitung pak. Yang penting kita berbagi sesama. Kan itu perintah surat Al Mauun”, kata Chandra.

Al Mauun. Anak ini juga melakukan perintah Al Mauun.

”Kenapa dengan surat Al Mauun, nak Chandra.

”Surat itu memerintahkan kita untuk peduli sesama kita. Terutama orang miskin. Biar duitnya dikemanakan oleh simiskin kita tidak usah pikirkan. Kalau diselewengkan oleh si pengorganisir itu menurut saya itu urusan mereka dengan Allah. Mereka yang akan tanggung jawab. Kita juga harus menunaikan tanggung jawab kita kepada Tuhan”.

”Tadi apakah nak Chandra juga bersedekah”.

”Ya pak, tapi tadi sama anak kecil. Kalau kemaren dan kemaren satunya lagi saya bersedekah kepada seorang tua dekil. Saya kasihan melihatnya karena ia duduk termenung di pinggir trotoar. Kelihatan ia belum makan. Tadi bapak tua itu tidak muncul di pertempatan jalan. Saya kuatir ia sakit”.

”Hm, nak Chandra baik sekali ya”.

”Sudah kewajiban saya pak”.

”Memangnya nak Chandra tidak punya pacar”.

”Belum pak”.

”Ah saya gak percaya anak ITB seganteng nak Chandra tidak punya pacar”.

”Benar pak, saya kan sibuk belajar dan juga ngajar, disamping saya juga aktif di Salman dan KM”.

”Nak Chandra juga ngajar, ngajar dimana”.

”Saya ngajar anak SMA yang akan ujian dan masuk kuliah pak”.

”Oh, bagus sekali, apa sampai sekarang masih ngajar”.

”Masih pak, malam hari sehabis pulang kerja”.

”Ada berapa muridnya”.

”Ada lima belas orang pak, saya bagi tiga grup, masing-masing satu jam”.

”Ngajarnya sampai jam berapa”.

”Sampai jam sepuluh malam”.

”Gimana nak Chandra mengatur keuangan”.

”Maksud bapak?

”Apa gaji nak Chandra cukup untuk biaya bulanan, dan sebagian juga disedekahkan?

”Cukup pak, saya tidak mempersoalkan gaji itu. Gaji saya setiap bulan saya ambil lima ratus ribu buat nyicil motor, sisanya saya berikan ibu. Honor saya mengajar saya belikan bensin motor dan buat sedekah”.

”Berapa honor nak Chandra dari ngajar”.
”Saya tidak tetapkan pak. Terserah anaknya memberikan saja. Biasanya mereka memberikan paling sedikit tiga ratus ribu sebulan. Yang kaya kadang malahan memberikan satu juta. Tergantung kepuasan mereka belajar saja”.

”Oh, begitu. Kalau untuk sedekah apakah nak Chandra menetapkan berapa?

”Minimum lima persen dari pendapatan saya bulanan pak, Kadang suka saya lebihkan, biar buat bonus saya di akhirat kelak”.

”Apakah nak Chandra juga membayarkan zakat”.

”Ya pak, saya bayar zakat. Kan saya punya penghasilan juga dari usaha bimbingan belajar yang saya kelola. Saya mengontrak sebuah rumah di Priok untuk bimbel. Saya dibantu oleh dua orang teman mahasiswa UI jadi pengajarnya”.

”Bagus sekali usaha nak Chandra. Saya tahu di Bandung usaha ini malahan sukses seperti yang dikelola oleh SSC, saudara Sugema. Apakah nak Chandra tidak punya pikiran seperti SSC itu.

”Ada kepikiran sih pak, tapi saya kan memerlukan banyak capital untuk itu. Harus punya gedung sendiri kalau bisa. Punya perlengkapan audio, dan kumputer yang banyak, serta ruangan bagus full ac. Modalnya banyak pak”.

”Modal kan bisa diusahakan secara bisnis. Yang penting sekarang adalah naluri bisnis. Modal akan datang sendiri seperti dari bank”.

”Bapak benar juga. Saya coba nanti malam shalat istikharah. Mudah-mudahan Allah memberi saya petunjuk”.

”Moga-moga. Kalau nak Chandra serius kasih tahu saya. Siapa tahu saya juga bisa bantu”.

”Baik, pak. Tapi bapak tidak usah repot. Saya diterima bekerja di pabrik ini saya sudah bersyukur”.

Oh, begitu mulianya hati anak ini. Pintar dan ganteng serta alim. Inilah anak idaman. Idaman ibu-ibu buat dijadikan mantu.
Nanti aku akan bicara dengan isteriku. Aku akan jodohkan Chandra ini dengan Aisyah puriku. Dua tahun lagi Aisyah akan selesai di Melbourne University. Study commerce-nya akan cocok bila dikombinasikan dengan ilmu engineering Chandra untuk memimpin pabrik di masa depan.
Ia mengkhayal.

*
Sekarang ia telah mendapatkan jawaban percobaannya.
Ia telah mengetahui jawaban yang diberikan Tuhan.
Bukankah Al Qur’an mengajarkan. Bila engkau berbuat kepada orang lain, maka Allah akan membalas perbuatan baikmu tersebut.

Ia mencoba mendalami surat Al Mauun. Ia melakukan perbuatan baik. Ia melakukan percobaan untuk mengetahui posisi pengemis di lampu merah.
Sekarang ia diberi jawaban oleh Tuhan.
Ia menemukan dirinya. Bahwa ia harus berbuat lebuh banyak lagi.

Dan ia menemukan Chandra.
Chandra juga mengamalkan surat Al Mauun.
Ia dan Chandra sebagai khalifah di muka bumi. Mereka yang dianjurkan ustdaz mendalami dan mempraktekkan surat Al Mauun.

Ia diberi sesuatu yang lebih oleh Tuhan.
Ia diberi seorang karyawan insinyur muda Chandra yang alim dan pintar.
Ia akan menjadikan Chandra sebagai mantunya.
Ia akan mengirim Chandra ke Melbourne University dengan dua harapan. Pertama untuk mendalami ilmu marketing otomotif. Yang kedua dengan harapan Aisyah putrinya akan berkenalan dengan Chandra.
Ia akan memepertaruhkan nasib pabrik di pundak mereka.
Mereka yang ia harapkan melakukan percobaan-percobaan selanjutnya untuk mencari rahasia surat dalam Al Qur’an yang bernama Al Mauun.

Percobaan pribadi yang amat dianjurkan bila ingin memahami hidup sesuai aturan agama dan sosial yang disepakati.

”Percobaanku telah selesai. Akan kulanjutkan dengan percobaan-percobaan lain”, ia membathin.

Siang itu kembali dari pabrik ia tertidur di mobil.
Pak Hardi merasa heran melihat presiden direkturnya tertidur sambil tersenyum.
Sesuatu telah terjadi pikir pak Hardi.

*
Percobaannya akan segera ia realisasikan.

Segera tergambar planningnya pada tahun baru hijriah ini.
Ia akan konsentrasi untuk pembinaan pegawai terutama untuk generasi penerus para insinyur muda di pabrik lebih di utamakan untuk ketahanan dan perbaikan mental.
Dari tingkat manajemen, tahun ini budget kenaikan remunerasi pegawai harus segera direlisasikan.
Training dan peningkatan kemampuan karyawan inti pabrik harus lebih ditingkatkan.
Ir. Chandra akan dikirim ke Melbourne University untuk belajar marketing automotive.
Penerimaan karyawan baru harus diutamakan yang mempunyai mental baik dan mempunyai motivasi untuk berkembang.

Planningnya pribadi adalah lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Sedekah harus di perbanyak.
Keutamaan rumah tangga harus lebih harmonis.
Kampung sekitar lokasi pabrik di Bekasi Selatan harus lebih diperhatikan. Usaha modal rakyat seperti pabrikan kecil-kecilan untuk penunjang kebutuhan pabrik seperti knalpot, pedal rem, stang motor, veleg harus bisa dibuat di Bekasi.

Ia akan bekerja sama dengan pengusaha setempat untuk pengembangan industri kecil. Pemodalan mereka akan dibantu dengan program CSR perusahaan.

Kalau perlu mereka akan di kirim ke Jepang untuk melihat standar kwalitas yang diinginkan pabrik.

Semua rencana harus disesuaikan dengan tuntutan surat Al Mauun.
Untuk kesejahteraan bersama antara pabrik dan masyarakat lingkungan pabrik.

Itu rencana induk tahun ini. Ini tidak memerlukan percobaan lagi.
Ini harus bisa dilaksanakan langsung.

Untaian kalimat Surat Al Mauun ia pesan untuk dibuatkan kaligrafi yang bagus untuk digantungkan di gerbang pabrik di Bekasi Timur Selatan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan