Jumaat, 29 April 2011

PAK JUMA

OLEH: DASRIELNOEHA

Treng..teng..teng..

”Pa, itu Pak Juma tukang pijit sudah datang, kata isteri saya. Hari sudah mulai gelap. Pak Juma setiap bulan datang kerumah saya untuk memijit. Memang saya yang menyuruhnya datang. Bapak kalau kesini tiap bulan, dan habis maghrib ya, kata saya.

”Oh ya ma, panggillah ia”, kata saya.

Di depan pagar, seperti biasa Pak Juma sudah mengucapkan salam.

”Assalamulaikum, buk, bapak ada, apa sudah pulang dari kantor, tanyanya.

”Sudah pak, mari masuk, kata isteri saya sambil menuntun pak Juma melewati mobil yang di parkir di car-port.

”Makasih buk, kata Pak Juma. Ia kemudian melepas sepatu karetnya, dan masuk kerumah. Pak Juma lelaki setengah baya, umurnya mendekati enam puluh tahun. Ia buta sejak umur lima tahun. Kena cacar katanya. Ia tinggal di Cikarang. Ke Kelapa Gading ia naik omprengan sampai Terminal Bis Pulogadung. Lalu ia teruskan dengan berjalan kaki dan dibantu tongkatnya kerumah langganan pijit di perumahan Kelapa Gading. Ia sudah hapal jalan-jalan sekitar perumahan Kelapa Gading ini. Dan anehnya ia tidak pernah tersesat. Pak Juma berjalan mengikuti komando dari hati dan otaknya.

Treeng..treeng..teng, suara tongkatnya. Dulu ia sering dituntun anak lelakinya kelas enam SD. Belakangan ini ia sendirian saja. Anak lelakinya sudah tidak sekolah lagi dan bekerja di pengolahan batu bata di Cikarang. Saya katakan, kenapa tidak teruskan ke SMP, saya akan biayai kata saya waktu itu.

“Ah, biarlah pak, sekarang ia belajar mencari uang, biar kalau sudah besar, tahu ia bagaimana hidup yang harus kita perjuangkan, kata pak Juma.

Demikian pikiran orang miskin dan kekurangan seperti pak Juma. Sederhana saja cara berpikirnya. Rupanya ia ingin hidup seadanya, dan harus berjuang dengan cara yang halal.
Isterinya juga buta katanya. Anaknya ada tiga orang. Tapi mereka normal dan matanya melek semua katanya. Kebesaran Tuhan Pak katanya. Orang tua buta tapi anak alahamdulillah melek, katanya lagi.

”Anak saya yang tua, perempuan sudah kawin tiga tahun yang lalu. Ia juga Cuma tamat SD. Jadi sekarang saya masih ada anak saya yang kecil yang sekolah kelas lima SD adiknya Midun, katanya.
Pak Juma juga tidak mau mengemis.

”Malu pak sama teman, kalau saya mengemis, lebih baik saya memijit orang. Orang senang dan saya dapat penghasilan, katanya lagi.
Ah, mulianya hatimu pak, kata saya dalam hati. Moga-moga Allah memberimu mata yang terang di syurga kelak do’a saya.
Saya tengkurap diatas matras, dan mulailah ia memijit saya sambil mendengarkan suara televisi.

”Lagi main bola ya pak, tanyanya.

”Ia, MU lawan New Castle, kata saya.

”Wah, Ronaldo main nggak pak, tanyanya lagi. Pak Juma memang kesenangannya mendengarkan siaran televisi. Kalau di kampung ia mendengarkan televisi tetangganya. Ia sendiri tidak punya televisi.

”Pak Juma tahu juga dengan Ronaldo ya, kata saya.

“Tahu dong pak, kan ia pemain MU yang paling jago, katanya lagi.

Saya jadi heran, kok ia bisa tahu Ronaldo pemain MU yang paling jago. Bagaimana ia tahu ya, pada hal matanya kan buta. Rupanya pak Juma melihat bukan dengan mata. Tapi ia melihat dengan hati dan perantaraan telinganya yang masih tajam.

“Trus, siapa lagi pemain bola yang bapak senangi, tanya saya sambil menguji ingatannya.

“Kalau pemain Ingerís, ya Ronaldo, Henry, Rooney, Beckam, katanya lagi.

“Lho, kok pak Juma tahu mereka semuanya, tanya saya makin heran.

“Saya kan sering dengar di televisi, katanya lagi.

”Bapak pegang siapa pak, kalau saya pegang MU katanya lagi.

”Ya sama, MU, kata saya.

Tiba-tiba ada gol. Dan penonton di televisi bersorak. Pak Juma juga bersorak. Ia malahan melepaskan tangannya dari punggung saya dan ia bertepuk juga.

“Hore, gol, gol teriaknya.

“Ronaldo ya pak, tanyanya.

“Ia siapa lagi kalau bukan ia, kata saya.

”Gimana golnya pak, tanyanya. Tentu saja ia bertanya seperti itu. Ia kan tidak melihat bagaimana terjadinya proses gol itu. Dan sebenarnya penyiar menerangkan proses terjadinya gol, tapi kan ini siaran relay dari televisi ESPN yang berbahasa Inggeris. Dan Pak Juma tidak mengerti.

“Tadi ada bola thru-pass dari belakang yang ditendang oleh back Jhon O’Sea, diterima oleh Rooney yang kemudian mengirimnya ke Park Ji Sung, kemudian dikirim ke tiang jauh yang di terima Ronaldo, ia berkelit dan menggocek dengan gayanya yang khas itu, dan meneruskan ke gawang lalu gol, saya terangkan seperti yang saya lihat di televisi.

“Wah, hebat Ronaldo, pujinya.

“Sudah berapa menit pak mainnya, tanyanya lagi.

“Baru babak pertama, kata saya.

“Asyik, saya bisa dengar sampai selesai dong, katanya.

Memang, biasanya pak Juma memijit saya sekitar dua jam. Setelah itu ia akan makan yang telah disediakan oleh pembantu saya. Kemudian saya masukkan uang lima puluh ribu ke kantong bajunya. Kadang- kadang ia dibungkuskan nasi dan lauk oleh isteri saya.

“Buat ibu di rumah, kata isteri saya.

“Terima kasih, bu, assalamualaikum, katanya pamitan.

Treng..treng..teng..teng..kedengaran suara pantulan tongkatnya keaspal jalanan. Ia menuju ke terminal Pulogadung lagi untuk kembali naik omprengan ke kampungnya di Cikarang.

Itulah pak Juma, si tukang pijit yang buta langganan saya. Ia sama dengan Udin. Dua orang buta yang tidak mau mengemis. Orang buta yang mengais rejeki dengan halal dan berkeringat mencari makan. Udin berjualan aqua di lampu merah, dan Juma memijit dari rumah kerumah.

Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kilat itu menyinar mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (Al Baqarah ayat 20).
Tawassaw Bil Haaq:
• Orang yang buta matanya masih lebih baik dibanding dengan orang yang hatinya buta. Orang yang matanya buta, boleh jadi hatinya terang dan ia masih bisa membedakan yang buruk dan yang baik. Sedangkan orang yang buta hati, maka gelaplah pandangannya, walau matanya terbudur sebesar terong, ia niscaya tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, tercampur yang halal dengan yang haram.
• Syarat supaya matahati terbuka, pandailah bersyukur pada nikmat Allah, patuhi perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan