Jumaat, 29 April 2011

SI PENCABUT NYAWA

OLEH: DASRIELNOEHA

Pagi itu kami kembali melakukan kegitan rutin. Mengukur panjangnya jalan Gading Raya, kata bapak As.
“Pak, lihat rumah ini sepi ya, kata bapak M sambil ia menunjuk sebuah rumah yang cukup besar di sudut jalan itu.
“Ya, kelihatannya sepi saja, jawabku.
“Sekarang kan cuma tinggal ibunya dan seorang anak gadisnya yang bekerja sebagai sales perusahaan assuransi”, kata bapak G.
“Anaknya yang lain pada kemana?, tanya saya.
“Bapak tidak tahu ya, kan anaknya cuma dua, yang tua laki-laki kan sudah meninggal lima tahun lalu”, kata bapak M lagi.
“Ah saya tidak tahu, yang saya tahu bapak ini meninggal tahun lalu”, kata saya.
"Sekarang hanya tinggal isterinya di rumah besar ini".
“Anaknya itu meninggal karena narkoba”, kata bapak E.
“Gimana ceritanya?, tanya saya.
“Anak laki-lakinya kuliah di Depok. Ia anak yang paling dimanja oleh ibunya dan juga ayahnya sayang padanya. Maklum anak pejabat di DKI, ia dibelikan motor dan ia kos di Depok. Saat ia tingkat tiga ia ditelpon oleh temannya yang mengatakan bahwa anaknya itu lagi dirawat di Fatmawati. Ia dan isterinya bergegas kesana. Dan mereka mendapati anaknya lagi menggeliat-geliat di ruang gawat darurat. Ia bertanya kepada dokter, kenapa anaknya. Dokter mengatakan bahwa anaknya sedang keracunan obat. Ia kebanyakan nyuntik.
Deer, terasa disambar petir rasanya ketika itu. Rupanya anaknya telah terlibat narkoba tanpa setahu dia. Sebenarnya ia telah diberi tahu oleh Rina anaknya yang kedua.
“Pa, kelihatannya abang sudah mulai sakaw, papa harus mengawasinya, jangan-jangan nati ia makin gawat dan di tangkap polisi, suatu hari Rina pernah memberi tahu keadaan Billy anaknya yang tua itu.
Tapi ia tidak percaya waktu itu. Ia anggap itu pengaruh teman-temannya. Nanti suatu saat ia pasti akan baik, begitu pikirannya waktu itu.
Diatas ranjang ruang gawat darurat, kelihatan Billy meronta, dan tubuhnya mengejang, matanya membelalak, dan ia berteriak, lalu diam. Billy rupanya telah menghembuskan napasnya yang penghabisan di rumah sakit itu.
Bapaknya itu terjatuh, dan ibunya langsung pingsan.Sejak saat itu ia kelihatan linglung dan sering sakitan. Ia terpaksa pensiun satu tahun sebelum waktunya. Dan karena stress ia sering ke rumah sakit. Kadar gulanya naik, akhirnya ginjalnya gagal menjalankan fungsinya. Dan ia anfal, dibawa kerumah sakit, tiga hari dirumah sakit ia meninggal.
“Demikian dahsyat akibat narkoba itu ya, kata bapak As.
“Itulah pak, karena ia menyerang pusat syaraf, karena senyawaan kimia di kandungan oabt-obat itu memang untuk menenagkan syaraf. Kalau ia dipakai berlebihan, maka ia akan melumpuhkan syaraf, dan itu bisa mengakibatkan kematian, kata saya.

Saya ingat cerita hal yang sama. Seorang anak buah saya juga meninggal akibat obat-obatan. Saya sebagai atasannya waktu itu merasa kecolongan waktu itu. Betapa tidak saya tidak mengetahui bahwa ia pencandu obat terlarang.
Anak buah saya itu bernama M. Ia adalah seorang petugas security perusahaan di Balikpapan. Anaknya sebenarnya baik. Ia suka membantu orang. Dan ia belum kawin waktu itu.
Sore itu ia bertugas di sebuah komplek perumahan perusahaan. Ia bertugas sampai jam lima sore. Kata temannya ia masih sempat mendorong mobil seorang pegawai yang mogok. Ia sehat-sehat saja sore itu.
Malam itu, kira-kira jam sepuluh telpon di rumah saya berdering. Rupanya dari posko security.
“Halo, ada apa, kata saya.
“Pak, lapor pak, si M sudah meninggal, barusan di rumahnya, kata anak buah saya yang piket dan bertugas di posko malam itu.
“Ah, kenapa ia, kecelakaan”, tanya saya.
“Bukan kecelakaan pak, sakit kata kakaknya.
“Baik, saya akan lihat”, kata saya.
Saya ambil mobil dan langsung menuju rumahnya di Karang Rejo. Orang sudah ramai di rumah itu. Saya langsung masuk. Rupanya teman-temannya yang semuanya anak buah saya telah datang di rumah itu. Saya membuka muka mayatnya yang telah terbujur kaku. Saya lihat wajahnya menghitam. Dan pangkal lengannya juga menghitam. Perkiraan saya ia meninggal karena serangan jantung. Saya tanya Panjaitan, kenapa ia. Panjaitan membisikkan kepada saya, bahwa ia tadi minum-minum dengan teman-temannya grup Vespa tua Balikpapan di pantai Melawai. Ia meminum Sprite campur dengan obat batuk Benadril, kata temaanya. Tapi menurut saya ia kembali makan obat-obatan pak, kata Panjaitan. Panjaitan menerangkan lebih lanjut bahwa sebenarnya sudah enam bulan M sebagai pemakai.

Di sebuah tempat kos di Bandung saya kenal dengan bapak dan ibu kos disana. Sang bapak adalah seorang pejabat negara yang kebetulan dipindah tugaska ke Jakarta. Mereka punya anak tiga orang. Dua perempuan dan satu orang laki-laki yang paling bungsu. Kalau aku ke Bandung melihat anakku yang kuliah di ITB, aku suka mampir kerumah mereka, karena mereka adalah teman baik kami. Aku suka mengajak anaknya yang laki-laki jalan-jalan mencari makanan yang banyak di Bandung. Anaknya ganteng dan baru naik kelas tiga SMA. Suatu hari Vito, demikian namanya mengatakan bahwa ia akan pindah ke Jakarta. Ia mengikuti ayahnya yang bertugas di Jakarta. Aku bilang tidak usyah pindah, dan sekolah saja di Bandung, toh sebentar lagi Vito kan akan kuliah. Ia ingin masuk ke ITB, namun ayahnya meminta ia untuk mendaftar ke Akabri, karena ayahnya adalah seorang lulusan Akabri juga.
Saya terkejut, suatu ketika anak saya memberi tahu bahwa Vito meninggal. Ia meninggal karena kena virus meningitis atau demam tinggi. Aku tahu, Vito baru saja pindah ke Jakarta, dan ia tiga bulan lagi akan lulus SMA. Aku sedih mendengar kematiannya.
Belakangan aku mendapat berita bahwa kematian Vito bukanlah karena meningitis, tapi OD (over dosis) obat-obatan. Rupanya ia terpengaruh teman-temannya sesama anak orang kaya yang suka pakai obat-obatan. Inilah sebenarnya yang aku sarankan kepada kedua orang tuanya supaya Vito jangan pindah ke Jakarta. Aku kuatir ia terpengaruh pergaulan bebas Jakarta. Namun ibunya yang paling sayang kepadanya, memaksa anak bungsunya ini untuk pindah ke Jakarta. Jakarta adalah kota ini sudah sangat bebas dengan peredaran obat terlarang. Sudah ratusan anak muda mati terpaksa karena menelan obat-obat syetan itu. Termasuk Vito, nyawanya telah dicabut paksa oleh iblis laknat yang bernama narkoba. Vito, semoga Tuhan mengampunimu.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan